assalamu'alaikum

Assalamu'alaikum

Semua yang ada disini adalah hasil Reportase dari dulur dulur Jamaah Maiyah yang ada di manapun Baik dari Kenduri Cinta(KC) Obor Ilahi(OI) BangBang wetan (BBW) Mocopat syafaat (MS) gambang Syafaat (GS) dan maiyah maiyah lain yng sulit sayaa sebutkan,
Blog ini juga memuat syair ataupun puisi Terutama Milik Cak Nun (Emha Ainun Nadjib).
Blog ini Juga menampung saran dan kritik juga tidak berkeberatan apabila ada saudara atau pengunjung atau teman bahkan musuh sekalipun yang ingin menuangkan ide dan tulisan tulisanya...

30/11/11

REPORTASE Maiyah "NEGARA HUKUM MANUSIA AKHLAK" kenduricintacom

Reportase : Negara Hukum, Manusia Akhlak
Korupsi memang sudah sangat luar biasa di Indonesia, bahkan bukan hanya uang saja yang dikorupsi, berita juga dikorupsi. Rabu 30 November 2011, KPK mengadakan Dialog Kebudayaan dengan tajuk “Negara Hukum, Manusia Akhlak”. Bertempat di Pendopo Taman Siswo, Yogyakarta, KPK bersama Cak Nun dan Kiai Kanjeng menggelar event ini, hadir dalam acara ini Ketua KPK, Busyro Muqoddas bersama Chandra M. Hamzah, Wakil Jaksa Agung, Dharmono, Kabreskrim POLRI, Sutarman. Selain itu, beberapa budayawan, seniman dan tokoh agama juga hadir, Sudjiwo Tedjo, M. Sobary, dan Romo Sindhunata.
Seperti biasanya, dimana-mana, sebuah acara yang diselenggarakan oleh Cak Nun bersama Kiai Kanjeng memang distur sedemikian rupa agar sedekat mungkin jarak antara pembicara dengan para hadirin yang menghadiri acara tersebut, sehingga saat acara dimulai, Cak Nun meminta para hadirin untuk mendekat kearah panggung utama. Acara dibuka dengan sebuah lagu “Sohibu Baitiy”, sebuah lagu yang menggambarkan kedekatan sang pencipta, Allah swt dengan manusia, kemudian Sudjiwo Tedjo menyanyikan “Titi Kolo Mongso” diiringi oleh Kiai Kanjeng, mungkin hanya di acara tadi malam, Sudjiwo Tedjo menyelipkan aurat At Tiin dalam lagunya.
Cak Nun membuka acara dengan sebuah statement, bahwa Islam adalah rahmatan lil ‘aalamiin, bahwa Islam harus memberi kenyamanan dan kenyamanan kepada seluruh ummat, memberi keamanan harta, nyawa dan martabat kepada seluruh manusia, sehingga mereka yang bukan Islam merasa nyaman ketika berkumpul dengan orang Islam. Cak Nun kemudian mempersilahkan pembicara satu persatu untuk menyampaikan poin-poin penting dari acara ini. Pak Busyro, Romo Sindhunata, Pak Dharmono dan Pak Sutarman bergantian berbicara di depan para hadirin. Pak Busyro adalah sahabat Cak Nun ketika masih bersekolah di SMU Muhammadiyah 1 Yogyakarta, bahkan mereka adalah orang penting dalam IPM di zaman mereka, Cak Nun adalah ketua IPM dan Pak Busyro adalah Sekretaris IPM, walaupun menurut Cak Nun, kemudian beliau mundur dari Ketua IPM dan digantikan oleh Pak Busyro. Acara mulai hangat, ketika Cak Nun dan Pak Busyro bergantian saling serang, saling gojek mengingat masa lalu mereka saat masih sekolah. Bahkan Pak Busyro memberi label “kiai mbeling” kepada Cak Nun. “Budayawan itu kalau disindir ndak boleh marah”, kata Pak Busyro seraya disambut tawa para hadirin. Beliau melanjutkan, bahwa penegakkan hukum tidak boleh didasari atas kebencian, begitu juga menangani korupsi, maka acara dengan Tajuk “Negara Hukum, Manusia Akhlak” direncanakan diselenggarakan di beberapa kota lain. Pendekatan kepada masyrakat seperti acara tadi malam memang sepertinya akan lebih memberikan banyak manfaat, dibandingkan pemberitaan lewat media, nyatanya, media saja sudah korupsi berita. Menurut Cak Nun, hukum itu letaknya berada diluar diri manusia, yang berada didalam manusia adalah nurani dan akhlak. Jika nurani dan akhlak masih terjaga didalam diri manusia, maka sudah tidak diperlukan aparat penegak hukum, sudah tidak perlu ada polisi di sekitar lampu merah, ketika nurani dan akhlak sudah terbentuk, begitu lampu merah menyala, maka pengendara motor akan berhenti bukan karena ada pos polisi di dekat lampu merah, tapi karena nurani memberikan sinyal, bahwa lampu merah itu tandanya harus berhenti. Romo Sindhunata kemudian menyampaikan, bahwa Korupsi adalah perbuatan yang melawan nurani rakyat, korupsi adalah kejahatan kemanusiaan yang sudah sangat membahayakan di Indonesia, tiap hari bukan berkurang, malah bertambah banyak pelakunya. Menurut beliau, tnpa humanisme, maka Indonesia akan hancur. selaras dengan judul acara malam ini, bahwa Manusia Akhlak akan membangun sebuah negara yang bersih, membuat Negara Hukum menjadi lebih kuat.
Hukum itu letaknya diluar diri manusia, yang letaknya didalam diri manusia adalah nurani dan akhlak – Cak Nun
Kabareskrim, Pak Sutarman mengatakan, “KPK Lahir, karena ketidak mampuan Polisi dan Jaksa dalam menangani Korupsi”, saat ini POLRI memiliki 44.000 penyidik di seluruh Indonesia, dan 97 penyidik di KPK, beliau menyadari, bahwa tidak mudah membuat mereka itu bersih, namun kita harus yakin pula, bahwa tidak semua polisi itu jelek, masih ada polisi yang benar-benar mnejalankan tugasnya dengan baik, sesuai amanah yang diberikan kepada mereka. Menurut Pak Sutarman, manusia sekarang ini keblinger, karena menjadikan uang dan jabatan sebagai tujuan hidup mereka. Sejatinya, jabatan adalah amanah, namun justru dijadikan target. Beliau mengajak para hadirin untuk bersama-sama menegakkan hukum dengan adil, jujur dan benar. Menurut Pak Dharmono, setidaknya ada 3 penyebab sesorang melakukan tindak korupsi, karena terpaksa, karena kebutuhan dan karena mentalitas. Terpaksa karena saat itu ia sedang membutuhkan dana yang besar, untuk biaya kesehatan, pendidikan atau yang lainnya, karena kebutuhan hidup, istrinya minta sesuatu, anaknya minta dibelikan ini itu, dan yang paling membahayakan adalah karena memang mentalnya sudah terbentuk mental korupsi. Yang terjadi saat ini bukan Ing Ngarso sung Tulodho, tapi justru Ing Ngarso Mumpung Kuoso, menurut Pak Dharmono, kosrupsi terjadi karena aji mumpung, mumpung berkuasa, mumpung sedang menjabat jabatan penting dan aji mumpung lainnya.
“Islam itu adalah input, outputnya adalah hubungan baik dengan sesama manusia”, Cak Nun mencoba meralat salah seorang penanya yang mengatakan bahwa kriteria pemimpin harus dilihat juga dari sholatnya, ibadahnya dan lain sebagainya. Seorang aktifis Police Watch, Netapane hadir dan memberikan sebuah file data yang menunjukkan bahwa ada indikasi bahwa dana century mengalir ke RI 1 dan RI 2.
Acara semakin seru ketika Cak Nun, Pak Busyro dan Sudjiwo Tedjo saling serang gojekan. Mungkin hanya dalam acara tadi malam, seorang Busyro muqoddas dipisuhi oleh Cak Nun. Menurut Pak Busyro, faktor keluarga juga seharusnya menjadi pengawas seorang kepala keluarga dalam mencari nafkah, ketika seorang kepala keluarga pulang membawa sebuah mobil mewah atau uang yang banyak, seharusnya istri dan anak-anaknya menanyakan darimana asalnya, bukan justru mendorong untuk melakukan tindakan korupsi yang lebih besar lagi. Beliau menganalogikan, jika memiliki istri lebih dari 1, bisa jadi penyebab tindakan korupsi. Dari sektor migas, KPK baru saja menyelamatkan uang negara sebesar 156 Triliun yang sebelumnya sudah berada di luar negeri. Kemudian Cak Nun mengatakan “Kita masih optimis bahwa kita akan menuju Indonesia yang lebih baik, saya akan pasang badan, ikut bertanggung jawab jika ada apa-apa terhadap Pak Busyro”.
Novia Kolopaking ft Kiai Kanjeng
Pak Chandra M Hamzah melengkapi apa yang disampaikan oleh Pak Busyro, “Yang kurang dari pemberantasan Korupsi di Indonesia adalah Niat”. Tidak hanya niat dari pengak hukumnya, namun juga niat dari Presidennya, Anggota DPR-nya, menterinya dan semua elemen bangsa ini.
Acara ditutup dengan lagu “Kemesraan”, seluruh narasumber bernyanyi bersama para hadirin, diiringi oleh Novia Kolopaking dan Kiai Kanjeng.
Kalau anda merasa masih kurang, silahkan searching di twitter dengan hastag#cnkkkpk , karena cukup banyak livetweet yang ramai di timeline tadi malam.
Sumber http://fahmiagustian.blitza679.com/2011/12/negara-hukum-manusia-akhlak.html?m=1

29/11/11

Pantun Pantun Tanpa Sampiran

Inilah pantun-pantun tanpa sampiran
Karena yang terburuk sudah sangat telanjang
Inilah pantun-pantun hanya sampiran
Karena setiap isi tidak boleh diungkapkan

Inilah syair pantun-pantunan
Untuk pelipur lara koran-koran yang ngumpet di balik kegelapan
Untuk para cendekiawan yang arif dan bungkam
Untuk kaum seniman yang sibuk main akrobat aliran-aliran

Pantun-pantunan untuk mengakali diri sendiri
Untuk mentertawakan dan memaafkan semakin kecilnya nyali
Di negeri yang sedikit-sedikit dicurigai
Di negeri yang sedikit-sedikit ditunggangi

Pantun-pantunan Aceh, Asmat, dan Madura juga
Yang tergabung dalam kesatuan nusantara
Meskipun para perampok akhirnya ketahuan semua
Emangnya Lu bisa apa

Tiga setengah abad darah
Tiga setengah abad airmata
Kepada Londo mancanegara boleh kita luapkan amarah
Tapi kepada Londo domestik hati kita sangat pemurah

Ayam hutan terbang ke angkasa raya
Ayam kampung mematuki apa saja sekenanya
Dengan pembangunan kita jamin kebebasan berbicara
Dengan syarat mulut jangan sampai terbuka

Kalau sungai tak mengalir lagi airnya
Itu sungai malas namanya
Kalau keadilan telah terlaksana
Tanah air kita bagi sekeluarga

Keluarga kecil keluarga bahagia
Dua anak cukup, lelaki perempuan sama saja
Lima kali lima berapa jumlahnya
Bergantung mayoritas saham untuk siapa

Sungai-sungai masuk ke muara
Menyatu dengan gelombang samudera
Saya pernah lihat ada negeri yang tak terkirakan indahnya
Terutama karena sangat banyak jenis malingnya

Di hutan belantara lantunkan tembang
Di padang perdu perdengarkan seruling
Silahkan pakai asas keterbukaan
Asalkan tidak takut ditempiling

Unggas bernyanyi menyatakan cinta
Kuda lari kakinya terantuk
Ada saat dewan rakyat dua tugasnya
Pertama bilang ya, kedua mengantuk

Trembesi ya trembesi
Tapi jangan terlalu banyak durinya
Korupsi ya korupsi
Tapi jangan segitu dong jumlahnya

Polusi ya polusi
Tapi dimusnahkan dong limbahnya
Kolusi ya kolusi
Tapi dihukum doong tukang katabelecenya

Sungai ya sungai
Tapi jangan dicemari airnya
Monopoli ya monopoli
Tapi ya jangan monopoli

Kemerdekaan membuat kita bersatu
Pembangunan melebur segala kubu
Tanahku adalah tanahku
Tanahmu adalah tanahku

Kata burung garuda: kalau sudah bersatu
Jangan bertengkar karena suku dan agama
Kata orang Madura: kalau pemilu
Sepatu bapak jangan mampir-mampir di hidung saya

Inilah pantun-pantunan tigabelas ribu kepulauan
Demi buang angin agar tak sakit perut ini
Sesekali kita mencoba jujur kepada kebenaran
Agar tak cepat berlalu kemesraan ini


Emha Ainun Nadjib.


/1994

Adacadraba Kita Ngumpet
Yayasan Bentang Budaya-Komunitas Pak Kanjeng
Yogyakarta, 1994


DITANYAKAN KEPADANYA


Ditanyakan kepadanya siapakah pencuri Jawabnya: ialah pisang yang berbuah mangga Tak demikian Allah menata Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapakah penumpuk harta Jawabnya: ialah matahari yang tak bercahaya Tak demikian sunnatullah berkata Maka cerdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapakah pemalas Jawabnya: bumi yang memperlambat waktu edarnya Menjadi kacaulah sistem alam semesta Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya sapakah penindas
Jawabnya: ialah gunung berapi masuk kota
Dilanggarnya tradisi alam dan manusia
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapa pemanja kebebasan Ialah burung terbang tinggi menuju matahari Burung Allah tak sedia bunuh diri Maka berdusta ia
Ditanyakn kepadanya siapa orang lalai Ialah siang yang tak bergilir ke malam hari Sedangkan Allah sedemikian rupa mengelola Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapa orang ingkar Ialah air yang mengalir ke angkasa Padahal telah ditetapkan hukum alam benda Maka berdusta ia
Kemudian siapakah penguasa yang tak memimpin Ialah benalu raksasa yang memenuhi ladang Orang wajib menebangnya Agar tak berdusta ia
Kemudian siapakah orang lemah perjuangan Ialah api yang tak membakar keringnya dedaunan Orang harus menggertak jiwanya Agar tak berdusta ia Kemudian siapakah pedagang penyihir Ialah kijang kencana berlari di atas air
Orang harus meninggalkannya
Agar tak berdusta ia
Adapun siapakah budak kepentingan pribadi Ialah babi yang meminum air kencingnya sendiri Orang harus melemparkan batu ke tengkuknya Agar tak berdusta ia
Dan akhirnya siapakah orang tak paham cinta Ialah burung yang tertidur di kubangan kerbau Nyanyikan puisi di telinganya Agar tak berdusta ia


Emha Ainun Nadjib
1988



BEGITU ENGKAU BERSUJUD


Begitu engakau bersujud
terbangunlah ruang yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid
Setiap kali engkau bersujud, setiap kali pula telah engkau dirikan masjid
Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid telah kau bengun selama hidupmu?
Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu meninggi, menembus langit, memasuki alam makrifat
Setiap gedung, rumah, bilik atau tanah, seketika bernama masjid, begitu engkau tempati untuk bersujud
Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada ridha Tuhan, menjelma jadi sajadah kemuliaan
Setiap butir beras yang kau tanak dan kau tuangkan ke piring ke-ilahi-an, menjadi se-rakaat sembahyang Dan setiap tetes air yang kau taburkan untuk cinta kasih ke-Tuhan-an, lahir menjadi kumandang suara adzan
Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid Kalau engkau bawa matamu memandang yang dipandang Allah, engkaulah kiblat Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang didengar Allah, engkaulah tilawah suci Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai Allah, engkaulah ayatullah
Ilmu pengetahuan bersujud, pekerjaanmu bersujud, karirmu bersujud, rumah tanggamu bersujud, sepi dan ramaimu bersujud, duka deritamu bersujud menjadilah engkau masjid


Emha Ainun Nadjib
1987

ANTARA TIGA KOTA


Di yogya aku lelap tertidur angin di sisiku mendengkur seluruh kota pun bagai dalam kubur pohon-pohon semua mengantuk di sini kamu Harus belajar berlatih tetap hidup sambil mengantuk
Kemanakah harus kuhadapkan muka
agar seimbang antara tidur dan jaga ?
Jakrta menghardik nasibku melecut menghantam pundakku 
Tiada ruang bagi diamku matahari memelototiku bising suaranya mencampakkanku jatuh bergelut debu
kemanakah harus juhadapkan muka
agar seimbang antara tidur dan jaga
surabaya seperti ditengahnya tak tidur seperti kerbau tua 
Tak juga membelalakkan mata tetapi di sana ada kasihku yang hilang kembangnya jika aku mendekatinya
kemanakah haru kuhadapkan muka
agar seimbang antara tidur dan jaga ?

Emhan Ainun Nadjib
Antologi Puisi XIV Penyair Yogya, MALIOBORO,
1997

28/11/11

Sebagian transkrip rekaman padhangmbulan (23/09) Em syuhada.


“Saat ini, diperlukan tak hanya Sunan Kalijaga, tapi Sunan Kalijaga plus untuk memperbaiki Republik Indonesia. Hal ini terkait dengan kondisi Indonesia yang semakin hari tidak semakin baik, bahkan semakin berada pada ambang kehancuran. Gak diapak-apakno, Indonesia iku bakal hancur dewe. Sama seperti keadaan Majapahit zaman dahulu.” Demikian ditegaskan oleh Cak Nun pada padhang mbulan lalu (23/09).

“Sama sekali tidak benar jika hancurnya Majapahit karena diserbu oleh Demak. Sebab, tanpa diserbu sekalipun, Majapahit akan hancur dengan sendirinya. Kehancuran Majapahit lebih disebabkan oleh kondisinya sebagai Negara Kesatuan yang sebenarnya pesisir, tapi pusat ibukotanya berada di pedalaman dengan basis ekonominya pertanian. Sedangkan waktu itu sedang terjadi keretakan lempengan bumi dan semburan lumpur di daerah Canggu sekitar 1450-an,” Cak Nun menambahkan.

 Atas dasar itulah, Sunan Ampel akhirnya mengutus kepada Sunan Kalijaga untuk membantu Majapahit yang berada di ambang kehancuran. Majapahit sendiri bersedia menerima karena Sunan Kalijaga membantu Majapahit di akhir-akhir kekuasaannya dari serbuan Kerajaan Kediri yang diperintah Prabu Girindrawardana. Oleh Sunan Kalijaga, Majapahit diajak melakukan transformasi dari Negara Kesatuan Mojopahit berbasis pertanian menuju Negara Demak Federal di Daerah Glagah Wangi yang merupakan Negara Federasi berbasis ekonomi internasional maritim perdagangan.

Putra-putra Prabu Brawijaya pun diserahi kekuasaan sendiri yang disebut dengan Tanah Perdikan dengan gelar Ki Gede atau Ki Ageng. Mulai dari Ki Ageng Mangir, Ki Gede Menoreh, dan lain-lain. Kekuasan yang diberikan kepada putra-putra Brawijaya meliputi NTB hingga Denpasar, Madura, Pamekasan, Sumenep, Makasar, Borneo, sampai Palembang. Semuanya memang putra Brawijaya yang berjumlah 147 orang. Dari Betoro Katong Ponorogo, Syech Bela Belu Parangtritis, Ki Ageng Mangir Yogja Selatan, Handayaningrat, Prabu Denpasar, dan lain sebagainya. Kesemuanya merupakan transformasi dari Majapahit sebagai hasil reformasi yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga.

Ketika disuruh oleh Sunan Ampel agar mengatasi masalah yang ada di Majapahit, Sunan Kalijaga berpendapat, bahwa Majapahit tidak akan bisa menerima kehancuran jika tidak mengenal nilai-nilai islam. Sebab, hanya orang-orang yang mengenal nilai-nilai tasawuf islamlah yang akan terhindar dari kehancuran. Didalam tasawuf  tidak ada kehancuran, apalagi hanya sekedar penderitaan. Maka, jalan satu-satunya yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga adalah “mengislamkan” Majapahit agar memiliki sikap hidup dan pandangan yang berbeda.

Yang pertama kali didakwai agar mengenal islam adalah TNInya Majapahit, yaitu Empu Supo dan anaknya Supo Anom, lantas DPR/MPRnya, baru kemudian keluarga istana dan anak-anaknya, meskipun pada tahap ini ada beberapa orang yang tidak bersedia masuk islam, yang kemudian pergi ke daerah selatan. Intinya, sebagai konsekuensi dari dakwahnya Sunan Kalijaga adalah terbentuknya tiga golongan dengan sikap dan paradigma yang berbeda.

Golongan pertama adalah golongan santri yang berjumlah sekitar 3000 orang. Oleh Sunan Kalijaga, golongan pertama ini diantarkan pergi ke daerah utara mulai Mojoagung hingga Demak dengan dikawal oleh Sunan Kudus. Sementara golongan kedua adalah Golongan Tengah, yaitu keluarga istana dan para kerabatnya. Berbeda dengan golongan pertama, untuk golongan tengah ini adalah islam abangan yang bersedia masuk islam tapi tidak mau berpakaian islam karena pertimbangan budaya. Bersedia naik haji tapi juga korupsi. Selingkuh, tapi kalau mati juga ditahlili, dan lain sebagainya. Golongan tengah ini dipimpin sendiri oleh Sunan Kalijaga dibawa ke Ngawi, yang kemudian disebut Mukswa.

Setelah beres dua golongan itu, Sunan Kalijaga kemudian tidak lantas membiarkan golongan ketiga yang pergi ke selatan karena tidak bersedia masuk islam, yang didalamnya juga terdapat adik dan anak-anak Prabu Brawijaya V. Golongan ketiga inilah yang disebut Sabdopalon Noyogenggong yang berjanji 500 tahun lagi akan kembali, meskipun hingga saat ini tidak ada kejadian apa-apa, pergi ke daerah Denpasar hingga Purwakarta. Oleh Sunan Kalijaga, Golongan ketiga ini didatangi satu persatu dalam waktu yang cukup lama, meskipun pada tahap itu tidak semuanya berhasil.

Sedemikian berat dan berliku tugas yang diemban oleh Sunan Kalijaga itupun gagal. Gagal dalam arti, bahwa Demak yang semula digadang-gadang bisa merepresentasikan dirinya sebagai kerajaan pesisir dibawah sinar islam dengan bimbingan wali sanga ternyata tidak berumur panjang karena perebutan kekuasaan dan pertarungan intern diantara umat islam sendiri. Dari Sunan Prawoto, Ratu Kalinyamat, Arya Penangsang, Mas Karebet atau Sultan Hadiwijaya, dan lain sebagainya. Arya Penangsang itu muridnya Sunan Kudus, sedangkan Mas Karebet muridnya Sunan Kalijaga.

Karena hal tersebut, Demak yang merupakan kerajaan pesisir bergeser ke pedalaman lagi menuju Pajang, hingga Mataram. Ketika berada di Mataram, Sunan Kalijaga sudah sangat tua, sehingga yang merupakan murid Sunan Kalijaga langsung adalah bapaknya Sutowijoyo, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan temannya yang strategi perang, yaitu Ki Mondoroko atau Ki Juru Mertani. Sedangkan Raja Mataram yang pertama, yaitu Panembahan Senopati bukan murid Sunan Kalijaga langsung, meskipun berada pada aliran yang sama.

Alhasil, disitulah lahir Republik Indonesia. Yaitu situasi dimana terjadi kegagalan menangani konflik sehingga Demak bergeser ke tengah lagi di daerah Kertasura (Pajang), bergeser lebih ke selatan ke Yogjakarta, yaitu di Kota Gede. Maka bisa dimengerti kalau kemudian konsep tentang walisongo mulai ditinggalkan digantikan Nyai Roro Kidul. Bahkan, sampai hari ini, Presiden Indonesia pun tetap memakai konsep yang sama. Yaitu tetap ke wali, meskipun pada saat yang sama juga ke penguasa Pantai Selatan. Sejak Panembahan Senopati inilah, Islam abangan mendapat legitimasi secara peradaban jawa.

Tak ada jalan lain, hari-hari ini diperlukan Sunan Kalijaga lagi untuk membawa Indonesia yang kesatuan menuju Demak yang federal berbasis maritim perdagangan. Sampai 2014 keatas harus benar-benar ada peran seperti Sunan Kalijaga, bahkan lebih, yaitu Sunan Kalijaga plus yang tidak anti Nyai Roro Kidul, yang akan menyelamatkan Indonesia dari kehancuran.

Lantas, sebuah pertanyaan yang patut untuk untuk menjadi perenungan bersama. Siapa dan dimanakah Sunan Kalijaga itu sekarang berada?(*)

23/11/11

Reportase Kenduri cinta Sold out (note komunitas kenduri cinta FB)


Ditulis Oleh: Red KC/Ratri Dian Ariani

Seperti yang sudah-sudah, Kenduri Cinta malam ini pun diawali dengan pembacaan ayat-ayat suci Alquran, kemudian disusul dengan penampilan Kang Ho yang membawakan beberapa lagu reggae.
[Prolog]
Mas Adi : Jadi memang KC hari ini agak berbeda karena memang hari ini hari sold out, tanggal ini adalah tanggal yang sold out. Coba lihat! KUA, gedung-gedung, hari ini sudah sold outSold out ini Bahasa Indonesianya kan laris, sampai habis-habisan. Apapun yang kita tawarkan dan mendapatkan imbalan, itulah yang dinamakan 'jualan', walaupun mungkin kita tidak meniatkannya untuk bener-bener jualan.
Kalau diperhatikan sebenarnya yang diikutin menurut saya hanyalah angan-angan saja, korban mode, tanpa tahu apa yang sebenarnya diinginkan. Seperti juga mungkin tokoh-tokoh yang mengobral habis semua yang dimilikinya.

Ust. Rusdi : Berangkat dari tema sold out pada bulan ini, ini tema yang juga masih dalam wacana KC. Di dalam KC sudah kita pelajari bahwa hidup adalah tafsir. Saya ingin juga di KC ini  bagaimana sold outini kita jadikan tafsir, kita bedah dari masing-masing yang hadir hari ini : ada dari aktivis perempuan, ada yang dari koperasi, ada yang dari segi keagamaan (maksudnya dari tafsir-tafsir maupun fikih-fikihnya). Nanti kita lihat bahwa ternyata transaksi kita kepada Allah itu sudah menjadi materialis, seperti kalau kita sedekah sekian dapetnya sekian. Jadi bukan kecintaan kita kepada Allah lagi dasarnya.

Kita sudah belajar bahwa di Kenduri itu tidak ada guru dan tidak ada murid. Siapapun yang hadir di atas podium ini adalah guru. CN juga kan telah membuang jauh ketokohannya, label-label apapun dalam hidupnya.

Kita menuntut ilmu dengan sabar seperti Musa belajar kepada Khidir, dan kita sami'na wa atho'na saja. Banyak sms-sms yang datang yang mengatakan bahwa KC saat ini sudah banyak sekali aksinya. Dan kita sengaja jelek-jelekin lah KC. Bahwa yang akan kita tanamkan adalah munculnya tokoh-tokoh dan pemikiran-pemikiran itu dari jamaah sendiri. Kita tidak menyediakan tema sold-out ini sebagai makanan jadi. Hidup adalah tafsir, dan kita jangan takut menafsirkannya.

Mas Ibrahim : Yang dimaksud Mas Rusydie adalah menumbuhkan tokoh-tokoh dari dalam, karena jangan-jangan tokoh-tokoh yang di luar KC sudah sold-out. Dan jangan sampai KC jadi tempat jualan.


Pertanyaan-Pertanyaan
  1. Kedatangan saya yang pertama adalah silaturahim. Informasi yang saya dapet daeri teman saya bahwa di sini ada halaqah. Bulan lalu utusan saya yang ke sini, dan bulan ini saya sendiri yang datang ke sini. Sold out bagi saya adalah hal yang sangat istimewa. Saya terngiang apa yang disampaikan Mas Adi tadi. Pertanyaan yang menjadi ganjalan bagi saya adalah : kalau barang sudah terjual habis, takutnya nggak ada stok lagi. Mungkin kalau di Jawa ada ungkapan ‘Rame ing gawe, sepi ing pamrih’.
  2. Awalnya saya nggak ngerti apa yang dimaksud dengan sold out ini. Oh..ternyata ‘dijual habis’. Pertanyaannya : ini obral apa nggak ini?

Tanggapan dari Pembicara
  1. Ya bisa saja menjadi tidak ada stok lagi begitu kalau kita berniat benar-benar menjual semuanya. Tapi insyaAllah di KC hal itu tidak kita lakukan. Sebenarnya tidak ada larangan dalam hal jual-beli. Yang kita garis bawahi adalah : mengapa kita menjual? Apakah karena memang kebutuhan atau hanya karena nafsu saja? Saya tidak berani menafsirkan ‘nafsu’ lebih banyak.
  2. Kalau soal Indonesia ini sudah habis lah. BUMN sampai beras kita, semuanya sudah sold out. Juga penjualan-penjualan saham, yang nanti akan kita bicarakan lebih detail. Di dalam diri kita sudah sold out belum? Demi mendapatkan kekayaan, jabatan, seberapa yang sudah kita jual? Seberapa jauh kita menjual harga diri kita? Biasanya yang sold out itu yang best-seller, karena ketika pertama di-launch cepat habis. Dunia mengenal bahwa  yang cepat habis itu dagangan. Jadi kalau Ustadz itu cepat habis, maka itu adalah juga dagangan.

Bang Mathar : Menarik sekali! Tadi sudah diantar dengan sangat baik. Ini saya bawa kemari anak-anak dari Kampung Bali Tanah Abang biar nggak ngganggu tetangga, karena biasanya ada ibu-ibu yang protes karena mereka masih main sampai dini hari. Dulu Ismail Marzuqi pun tumbuh di Kampung Bali, walaupun lahir di Kwitang. Mereka menamakan diri Frochlich, yang diambil dari Bahasa Jerman yang artinya ‘ceria’. Mereka berkeinginan untuk mengekspresikan jiwa kesenimanannya. Dengan plus minusnya mereka akan tampil.

[Sesi Satu]
Amsar A. Dulmanan, Msi (FKGM NU; sedang menjalani S3 FISIP UI) : Negeri ini sudah teralienasi dari realitasnya. Dia sudah menjauhi rakyatnya. Ini sebuah pengkhianatan, bukan sekadar menjual, karena kita tidak cuma lepas barang, tapi juga rakyat menjadi terbengkelai. Di mana di situ ada eksplorasi tambang misalnya, rakyat di situ dimiskinkan. Tidak ada relasi antara kesuksesan usaha tambang dengan pendidikan untuk rakyat.

Maria Sahida (aktivis perempuan) : Motto saya 'Sedikit bicara banyak bernyanyi’, tapi sebelumnya saya menyatakan setuju dengan KC bahwa tidak ada tokoh, dan bahwa hidup adalah sebuah tafsir. Saya akan memutarkan film dengan durasi sekitar 10 menit. Dan dari film ini kami mengajak kita semua untuk menafsirkannya.

Akbar(aktivis Lisuma) : Harapan dari mahasiswa hari ini mungkin adalah tidak terkooptasinya manusia oleh pragmatisme. Ketika tahun 1998 kita menurunkan rezim. Masalahnya sekarang di berbagai kalangan idealisme sudah terpinggirkan. Nantinya negara kita tidak terkooptasi oleh pragmatisme lagi. itu harapan kita.

Bang Mathar : Semalam (10 November 2011) FBR melaksanakan haul penobatan pahlawan nasional Betawi di Monas. Yang dinobatkan ada Syech. Abdul Majid, Letkol (Purn) Imam Syafei, Mahbub Djunaidi dan M.Mashabi.

Fajri Husein (FBR) : Saya ngimbau mulai hari ini nyok kita ngomong pake bahasa kita. Sekarang ini orang Jawa malu ngomong Jawa, orang Batak malu ngomong Batak. Sold out artinya dalam bahasa Betawi bures. Kenapa bures? Karena ada yang nge-gares, makanya Celebes jadi ambles, anak mudanya ludes.

Firman Toekan (Koperasi Bamus Betawi) : Saya lihat Mbak Maria Sahida memutar film tentang ekonomi juga. Kenapa saya seneng dengan ekonomi, karena yang kita inginkan adalah urusan perut. Koperasi ini sekarang sudah banyak proses pembodohan masyarakat tentang koperasi. Kalau koperasi ini berjalan dengan benar, tidak ada yang susah. Koperasi ini dasarnya adalah Islam.

Ramdansyah Bakir, Msi. (ketua Panwaslu Jakarta) : Tahun 1998 saya jadi aktivis mahasiswa. Yang saya bayangkan demokrasi saat itu adalah jatuhnya rezim digantikan rezim yang lebih baik dan semua rakyat sejahtera. Tapi yang saya rasakan sekarang kekuasaan yang dulu terdistribusi di eksekutif, sekarang justru terdistribusi rata ke eksekutif, legislatif, bahkan yudikatif.

Sebelas tahun saya ikut-ikutan dalam sebuah system. Saya bertanya, demokrasi itu baik atau buruk? Kemudian saya bertanya, bisa ular itu baik atau buruk? Tanduk rusa itu baik atau buruk? Apakah voting itu baik? Apakah musyawarah mufakat itu tidak baik? Menurut saya pemilukada ini merupakan akal-akalan (othak-athik gathuk). Ketika ular, perlu nggak bertanduk? Ketika rusa, bisa nggak punya bisa?

Tentunya saya hari ini seorang pemimpi. Saya berharap mimpi saya di tahun 1998 bisa terwujud. Apa yang diperlukan bangsa ini sepertinya kita perlu meng-ada, untuk menjadi bangsa yang sempurna.

Bang Mathar : Sebenernya siapa biang kerok pencurian pulsa selama ini? Provider atau justru Menterinya sendiri? Applause untuk Lisuma yang sudah menguak kasus pencurian pulsa ini.


Pertanyaan :
  1. Saya tadi nonton film yang diputer Mbak Maria Sahida, kayaknya ada musik tapi bukan musik  Indonesia, Mbak. Saya kritik itu karena waktu itu saya punya pengalaman nggak enak sama orang Cina. Waktu saya ngamen baca puisi, mereka cuma cekikak-cekikik. Yang saya tanyakan, kalau itu bukan Cina, ya berarti saya salah. Saya punya puisi 'Kesaksian Cinta di Pinggir Trotoar'. Mudah-mudahan pas dengan film itu tadi.
  2. Saya melihat fotonya itu saya terharu dengan anak SD tadi, karena pendidikan di Indonesia in isangat minim. Saya pernah melihat SD rubuh di ibukota. Itu kok bisa rubuh itu dananya ke mana? Katanya sangat banyak dana pendidikan dikucurkan, tapi ke mana? Jadi saya mendukung ibu tadi untuk memperjuangkan pendidikan.

Tanggapan dari Pembicara
  1. Ari, kamu sangat rasis. Tadi kamu bilang kamu nggak suka sama orang Cina, tapi ini kontradiktif dengan puisimu. Kita batasi Indonesia tahun 1965 sampai 1998. Siapa yang berkuasa waktu itu? Soeharto. Di baliknya ada lembaga lembaga dari Amerika, Prancis. Kita sudah biasa miskin, biasa nggak sekolah, biasa nggak punya rumah. Makanya kita tenang-tenang saja. Soal pendidikan, apakah ada keadilan dalam sistem pendidikan kita? Ke mana yang sudah lulus?
  2. Beberapa operator punya asing. Bahkan BUMN pun sudah dimiliki oleh asing juga. Kita lihat sekarang ini di Indonesia apapun milik asing. Dari gas bumi sampai telekomunikasi. Per tahun, para operator mengeruk 100 trilyun. 300 milyar per hari berasal dari pencurian pulsa. Ada 211juta pemegang handphone di Indonesia. Itu baru sebagian kecil pengerukan-pengerukan uang rakyat oleh asing. Tower-tower itu izin membangun saja, tidak ada pajak untuk itu. Mungkin seharusnya ada pajak untuk itu. Saya memperjuangkan content provider ditutup, dan memang sekarang sudah ditutup. Hari ini kita harus menyadari bahwa ada intervensi asing, dan kita harus bertindak bersama-sama untuk melawannya.
  3. Saya sebenarnya ingin menyampaikan bahwa di Jakarta tidak mungkin ada intervensi asing. Tapi kalau intervensi pemilik modal, terserah anda. Orang berpolitik belum tentu punya uang, tapi orang punya uang pasti berpolitik. Ada dua puisi yang akan saya baca : “Pak S yang Ingin Adil dan Sejahtera” dan “Watingpung”.
  4. Koperasi termasuk di dalam UUD 1945, yaitu di Pasal 33. Kita harus menyadari bahwa di luar negeri itu yang main juga corporate-nya, bukan orang per orang. Kalau kita mengamalkan pasal 33 ini, pasti kita berhasil. Tapi kan harus ada yang mendidik. Kalau Anda ingin sukses, Anda harus turut dalam koperasi.
  5. Saya bangga dengan Mpok Maria, bahwa kita jangan rasis, karena kalau kita rasis, kita tak akan jadi bangsa. Betawi ini adalah etnis yang terbentuk dari berbagai etnis. Dari dulu ampe gini hari, orang betawi tidak pernah menolak kebaikan.
  6. Kemarin saya bikin , mungkin satu-satunya organisasi kedaerahan yang membacakan pahlawan-pahlawan dari berbagai daerah, sampai Sri Sultan juga kita bacakan. Bukan bangsa yang meninggalkan rakyat, tapi rakyat ini meninggalkan bangsanya.
  7. Konsep kekuasaan itu direkayasa. Yang harus kita dobrak adalah beasiswa itu harus. Logika bagaimana kita meletakkan cita-cita kebangsaan, itu harus ditata. Dalam logika-logika filosofis, surga dan neraka sama saja. Pemimpin itu bisa dari mana saja. Saya punya watak dan keilmuan untuk meletakkan kebenaran. Ketika sorban dan jubah kiai telah menjadi bendera-bendera politik, lalu dikibarkan tinggi-tinggi hingga menutupi wajah Tuhan.

Maria Sahida : Ada Occupy Jakarta – di situ kami diskusi tentang apa saja –setiap hari di pelataran BEJ dari jam 3 sore. Kami adalah bagian dari yang 99%, dan kami mengundang Anda semua untuk menjadi bagiannya pula.

[Sesi Dua]
Cak Nun : Kita tuntaskan ya judulnya temen-temen KC. Saya berusaha untuk serius dan tertib, sebagaimana aslinya saya. Dipastikan dulu ya bahwa Anda ciptaan Allah. Kalau tidak juga nggak apa-apa tapi berarti tak bisa ikut dalam terminologi kita. Terjual habis. Apa? Siapa? Kenapa?  Allah sendiri menawarkan jual beli sama kita. Allah melarang hamba-Nya  menjual Allah dengan harga yang murah. Maksudnya gini, Allah itu membeli sembahyangmu, pelayananmu kepada Dia. Ongkosnya adalah alam dihamparkan, pohon-pohon ditumbuhkan, berkah alam yang tiap hari kita nikmati. Jadi Allah menjual sangat murah semua itu hanya supaya kita shalat lima kali dalam sehari. Semua Nabi berjual beli. Nabi Muhammad dijuluki al Amin karena dia trusted. Tapi Allah tidak menjual harga Dirinya.

Jadi, ilmu pertama adalah apa yang boleh dijual apa yang tidak boleh. Misalnya dia nyanyi. Lagunya boleh dijual, tapi harga dari lirik-liriknya tidak boleh dikompromikan. Kehancuran manusia sekarang adalah karena tidak diurai mana hal yang boleh dijual mana yang tidak boleh. Banyak sih contohnya. Guru mengajar, bukannya menjual ilmu dan martabatnya,tapi waktu dan energinya.

Sisi mana dari departemen yang boleh dijual, mana yang tidak. BUMN harus nyariin duit untuk kemudian menyejahterakan rakyat. Sehingga seniman punya hak untuk dihidupi negara. Sampai hari ini saya tidak bisa menjelaskan kepada masyarkat mengenai pertanyaan : “Cak, kalau saya ngundang sampeyan berapa tarifnya?” atau “berapa yang harus kami siapkan?”

Saya sampai hari ini alhamdulillah tidak pernah membolehkan sekretariat atau manajemen saya untuk menyebut angka.

Saya tidak ada urusan untuk menandatangani honor-honor. Kemarin ketika saya disuruh harus menandatangani honor, saya ndak mau. Tapi kan mereka mengharuskan, maka saya suruh Gandhie. Kira-kira sepuluh tahun ini saya tak pernah tahu berapa dan ke mana uang itu. Saya berusaha untuk tidak menjual apa yang tidak boleh saya jual. Saya disuruh nulis skenario sama Mbak Westi. Berapa honor saya? Pernahkah saya nanya tentang itu?

Saya sebisa mungkin tidak menjual apa-apa. Saya baik sama orang lain, saya nggak nagih mereka untuk berbuat yang sama sama saya. Saking takutnya saya pada kekeliruan itu. Saya takut menyinggung Tuhan. Moso' nulis nggolek duit? Nulis yo nulis, shalat ya shalat. Bahkan jualan nasi pun kan nggak harus mikirin labanya berapa. Yang harus dilakukan adalah bagaimana caranya menyajikan nasi yang enak. Apa saya kaya? Enggak, tapi Allah yang kaya. Saya kan ikut orang kaya. Saya itu tiap hari dikepung Allah. Kan hiduplah seakan-akan melihat Allah, kalau tidak bisa, seakan-akan dilihat Allah.

Tugas kita mempopulerkan Muhammad. Jangan sampai kita lebih populer dari Muhammad. Jangan bikin Majelis Rasulullah. Bikin Majelis Allah aja sekalian. Azza wa Jalla Band. Sisan wis. Entekno kabeh wis. Tempe penyet Izro'il. Sembarang kok didol ki lho.. Apa saja kok dijual murah lho. Dalam hidup ada 3 : nyawa, martabat, harta. Seniman punya martabat. Pelawak juga punya martabat. Dadi sing didol iku fisik, saking gak ono uteke.

Kita akan mengalami kolaps-kolaps yang sangat serius, kecuali Anda rakyat Indonesia. Jadi rakyat Indonesia sangat menolong SBY. Menurut saya departemen yang paling harus hati-hati adalah pendidikan, kesehatan, kebudayaan, dan agama.

Mulane ngerti dong, kalo rohani itu harus dibiayai. Cinta itu harus dibiayai. Saya tidak punya diri saya sendiri. Saya tidak punya cita-cita. Barangsiapa masih mencalonkan diri, saya tidak percaya dia. Kalau Indonesia tetap seperti ini, akan hancur dan ini tidak akan lama lagi.

Mbak Dewi : Ini (“Cahaya di Atas Cahaya”) film kedua saya bersama Sabrang setelah “Minggu Pagi di Victoria Park”. Bagian yang paling sulit adalah mendekati Cak Nun. Waktu itu kita bilang ke CN, Kalau CN sayang sama kita, sama rakyat Indonesia, bikin film dong ya. Jadi begitu, bukannya kita meng-hirebeliau.
Rayya [tokoh utama dalam film “Cahaya di Atas Cahaya”] adalah diva yang sudah sukses, menjadi pusat spotlight di dunia keartisannya. Suatu saat dia patah hati dan memutuskan untuk bunuh diri. Dalam perjalanan bunuh dirinya itu dia menemukan bahwa kebesaran orang-orang yang ditemuinya (pemecah batu dan lain-lain) jauh lebih besar daripada kebesarannya.

Cak Nun : Aku isone ndandani, nggak iso nggawene. Ini film Islam, tapi nggak ada Allah-nya, nggakada Subhanallah, nggak ada orang shalatnya. Ada kecolongan “alhamdulillah” di masyarakat Samin, tapi ini berbeda dengan Alhamdulillah-nya Anda ketika lihat cewek. Ini film percintaan tanpa “I love You”, yang membuat suami sang aktris sangat cemburu tanpa sang aktris bersentuhan dengan aktor lawan. Ini film agama yang tidak ada tanda-tanda agamanya.

Mbak Westi : Menerjemahkan tulisan Cak Nun cukup susah. Saya nggak pernah dapat skenario yang sudah selesai. Selama kita syuting memang skenarionya tidak pernah selesai. "Sampai film ini selesai pun tidak akan pernah selesai”, begitu dulu kata Cak Nun di awal.

Kalimat-kalimat dalam film yang dibuat Cak Nun sangat luar biasa. Buat kru saya, bunuh diri itu menjadi sangat sexy, bukannya menyeramkan. Bahwa ternyata dalam hidup kita sendiri, kita perlu untuk bunuh diri.
Setiap kalimat yang ditulis CN itu sangat dalam.

Sabrang : Saya sebenernya dengan Cak Nun bersedia nulis ini saya sangat senang. Sebernernya sudah lama saya ingin menyeret Cak Nun ke mainstream.

Kapan saya pernah melihat bapak saya romantis? Tapi di film ini saya melihat wong iki romantis banget.Pantes bojone ayu banget.

Kata sandal, lem, sepatu, di tangan Cak Nun bisa digunakan buat ngerayu cewekUntung ra seumuran. Nek  seumuran, iso-iso ra oleh bojo aku.  

Ada satu kata-kata CN yang jadi jangkar : ‘coba kamu setia sama kata-katanya’. Setiap membaca,dapet proyeksi baru, jadi yang ngedit megap-megap. Saya akhirnya bisa kemaki punya film religi.
Ning ampuh cen an, tak akoni. Ini saya hampir kehabisan kata-kata. Lho iki ket mau aku kok malahmengagumi CN to? Gengsi juga aku. Menurut saya film ini kualitasnya internasional.
Saya tidak punya kata-kata untuk mengungkapkan kegembiraan saya. Saya berhasil nyeret CN ke mainstream di mana semua orang bisa melihat CN.

Mbak Dewi : Timnya tim yang terbaik, menurut saya. Film ini sangat luar biasa buat kami para pekerjanya.

Mbak Westi : Hampir 30 hari kita di dalam bus, kita sampai hafal mana toilet yang bersih yang kita lewati. Kita melakukan perjalanan dari Jakarta sampai Bali. Kadang kita bermalam di bus, tidak ada istirahat, semua orang pasti tingkat emosinya naik. Tapi mobil yang begitu banyak tidak pernah pecah ban sampai di Bali, tidak pernah kena hujan. Jadi kru yang 80 orang itu tiba-tiba jadi sangat religius, walaupun tingkatannya bukan yang ayo berhenti, shalat. Bahkan sampai penata musik kita pun sampai saat ini merasa sangat religius, merasa seperti sufi. Semoga semua yang menonton film ini juga merasakan hal yang sama.

Cak Nun : Silaturahmi berasal dari dua kata : shilah (sholah) adalah ‘sesuatu yang menghubungkan’;rahmi artinya ‘kasih sayang’. Kalau kamu berada dalam kabel cinta ini, maka alam semesta akan bekerja untukmu.
Kalau engkau online (berada dalam shilah) – sholat itu untuk menjaga sambunganmu – maka semua bekerja untukmu. Meskipun kadang-kadang ‘bekerja untukmu’ itu ada perkecualian-perkecualian kecil,  supaya kamu tetep manusia. Nggak boleh balapan menang terus. Harus sesekali kalah.

Agama itu letaknya di dapur. Kalau bisa di warung tak ada tanda-tandanya, supaya orang yang tak sama denganmu tak lari duluan. Kalau bisa jadilah orang Islam yang orang tidak tahu bahwa Anda orang Islam.
Kalau perlu jangan Majelis Rasulullah, tapi Majelis Pepohonan, Majelis Bukit-Bukit.
Saya tidak menyalahkan,  tapi kami tidak memilih seperti itu.

[Diputarlah trailer “Cahaya di Atas Cahaya”, yang insyaAllah akan di-launch bulan Februari tahun 2012]

Cak Nun : Setiap orang harus bunuh diri, membunuh dirinya yang sekarang untuk menjadi dirinya yang baru. Kalau kamu nggak berani bunuh diri Anda akan hancur.

Ian L. Betts : Sold out, menberi nuansa penjualan dan pembelian. Ada suatu yang sangat berharga. Kalau ada sesuatu yang terjual, bukan berarti bahwa tokonya yang terjual, atau bahkan penjaga tokonya juga. Di abad 21, Amerika sudah tidak ekonomi nomer 1 lagi. Yang naik China. Uni Eropa hanya beberapa tahun, bagaimana keadaan sekarang? Tergantung kapitalnya.

Yunani punya utang besar.Itali Perdana Menterinya mau mundur. Itali punya utang lebih besar daripada utang Yunani. Uni Eropa sangat tergantung pada Prancis dan Inggris. Sekarang tokonya hampir tutup di Eropa. Tapi ada satu pasar.

Kepulauan tidak perlu tergantung pada dunia luar. Sekarang Indonesia terlihat sangat kuat. Kemungkinan Indonesia tidak akan gagal seperti Uni Eropa. Indonesia secara ekonomis punya potensi untuk jalan terus.

Cak Nun  : Maksudnya  Mas Ian, Indonesia punya fenomena ekonomi yang berbeda. Mungkin belum diteliti dan dielaborasi oleh para ahli. Rakyat Indonesia sangat murah hati dan sangat pemaaf. Hal ini sangat membantu pemerintahnya. Teorinya Mas Ian : kalau berupa kepulauan, diembargo sudah tidak masalah karena toh kita sudah diembargo sama hutan dan alam.

Dikhawatirkan akan ada gelombang banyak orang bunuh diri. Entah itu di Irlandia, entah di mana. Orang mereka nggak kuat hidup kayak Anda. Nek Anda kan punya fenomena itu. Anda kan turunannya Nabi Muhammad. Kita di Maiyah jantan melihat kelemahan-kelemahan kita.

Kalau saya ke luar negeri sama Kiaikanjeng, keliatan beda banget kok orang Indonesia sama orang di sana itu. Mereka seperti digendong ibunya terus, sedangkan Anda harus mengamankan diri Anda sendiri. Anda tidak dikasih makan oleh siapapun. Maka siapakah yang lebih tangguh dan lebih sakti daripada Anda?
Ini nanti sebentar lagi, Pakistan siap kirim nuklir ke India. Korea Utara ke Korea Selatan.

Orang Indonesia minimum secara psikologis lebih kuat.  Orang di sini merampok itu ya biasa-biasa saja, bukan karena adanya masalah psikologis seperti di luar negeri. Maka orang indonesia itu habis nyuribanyak sekali terus besok pagi haji, bisa.

Anda hanya bisa hancur kalau es di Kutub mencair, kalau Krakatau meletus, kalau Merapi meledak beneran.
Allah berlaku seperti dugaan kita. Maka badan kita juga punya shilah. Manusia kan ada wilayahsenengnya, seremnya.Anda deket deh sama Allah. Guyon-guyon, tapi yo ojo nranyak,  tetap dalam sopan santun, tapi logis.


Pertanyaan :
  1. Saya jadi kafir itu kan setelah baca puisinya CN yang judulnya “Muhammadkan Hamba”, saya renungkan, saya cari hadits-hadits, ternyata memang kok Nabi Muhammad akhlaknya seperti orang Sunda. Maka sejak saat itu saya kafir tapi mencintai Muhammad. Di Iran, warganya 17%nya atheis, ada Yahudi, dan sebagainya dan masing-masing punya perwakilan yang bukan berdasar jumlah tapi keilmuan. Itu kan sesuai sama ‘hikmah kebijaksanaan’. Itu kan Nasakom. Teman saya pernah ke Museum Khomeini yang berdampingan dengan foto Bung Karno yang sama besar ukurannya. Bahkan Yahudi Ortodox mengatakan revolusinya Bung Karno itu the holy revolution. Pendidikan di China berbasiskan budaya. China pernah mengalami revolusi kebudayaan. Seni-seni klasik dan lokal dihabisi. Seni lukis China sangat aneh, seolah-olah kayakalien, tidak mengakar. Maka China kembali ke basis kebudayaan. Kalau bicara kebudayaan, sebenarnya Indonesia di garda depan. Tuhan menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa; ini bukan agama melainkan kebudayaan. Tuhan ada di atas sana, harus dibumikan. [Kemudian Mas Dadang membacakan  puisi “Padahal Sunda 2”] (Dadang)
  2. Saya mau bertanya pada Pak Ian : Apa dampak krisis Amerika terhadap Indonesia? Tahun 2015 Free trade,  apakah akan berdampak secara langsung? Sektor apa yang harus dibangun untuk mengurangi dampak krisis dair luar?
  3. Saya sekali lagi hendak mengundang Anda semua. Dari fenomena yang dikemukakan Mas Ian. Tanggal 19 oktober 2011 ada Occupy Jakarta. Sudah ada di daerah-daerah lain. Semangat tindakan lokal. Mengundang Cak Nun, Mas Ian, Sabrang, dan Anda semua, di pelataran BEJ, jam 3 sore. Di grup Facebook  juga ada. Duduki Jakarta.

Tanggapan dari Pembicara
  1. Krisis Amerika tidak ada dampak secara langsung pada Indonesia. Yang penting adalah apakah Indonesia sudah mempersiapkan diri. Setiap sektor ada eksepsi. Masalahnya bukan dampak dari luar, tapi justru dari dalam . Manufacturing dan pasar, bukan dalam sektor jasa. Skala kecil juga penting. Bagus sekali setiap komunitas, desa, kota, penting untuk membangun industri supaya menjadi mandiri.
  2. Saya diminta untuk Maiyahan sama petani Klaten. Setiap kami datang ke daerah, entah itu Kendal, entah itu Gunung Kendheng, kami tekankan bahwa yang penting bukan social responsibility, melainkan social obligation. Anda harus bisa menjamin bahwa lima tahun ke depan mereka akan lebih maju. Kalau kamu mau bikin pabrik, kamu hitung dulu. Yang penting bukan ada atau tidak ada pabrik, melainkan bagaimana untuk saling menguntungkan. Saya  tanya ke tiap daerah, “Bapak-bapak, umpamanya nggak ada Indonesia, Amerika, hukum ,tsunami, Sampeyan hitung dengan aset-aset anda, bisa hidup ndak?” Dan  rata-rata, mereka bisa hidup dengan itu. Jadi untuk sementara think locally, act locally dulu. Erupsi Merapi 2010 memberi berkah pasir 60 kali lipat erupsi tahun 2006. Dan sudah kita tanyai kepala dusun, lurah. Mereka bilang, “Dengan pasir ini kami mampu bikin desa yang lebih bagus. Saya bikin gerakan ‘Pasir untuk Rakyat’, tapi gagal. Ternyata pasir milik pemerintah dan pengusaha.Jadi lebih  baik ada pemerintah atau nggak?. Survive-lah untuk bisa revive. Misal Occupy, kalo ngomong nasional kan nggak mungkin. Maka yang saya lakukan ke daerah-daerah adalah meningkatkan kepercayaan orang-orang terhadap diri dan masa depannya. Dunia mengembargo Indonesia malah sip. Tolong teman-teman meneliti, mana ada teks bahwa pada tanggal 17 agustus itu kita mendirikan negara? Yang ada adalah kemerdekaan dari Jepang. Ada lima pilar, yaitu : rakyat, tentara rakyat, intelektual, kebudayaan termasuk kekuatan dari keraton-keraton, dan kekuatan spiritual dan agama. Tidak ada energi negatif, karena semua baru berupa potensi, yang di tangan khalifah baru akan menjadi positif atau negatif. Rabbana ma khalaqta hadza batiilaa. Kok kalimatnya begini? Bukan Tuhan menyuruh melainkan kalimat dari manusia ke Tuhan. Ini menunjukkan Tuhan itu diplomatis. Maksudnya, alami eksplorasi kekhalifahan, baru Anda katakan kalimat tersebut. Ada kualifikasi antara Allah , Rasulullah, dan pemimpin. Perintah untuk taat hanya melekat pada kata ‘Allah’ dan ‘Rasulullah’ dan tidak melekat pada kata ‘pemimpin’. Kalau sama Allah jelas kita taat total. Yang kita harus taat 100% pada Rasulullah itu pada level ibadah mahdhoh. Di luar itu mau bikin PSSI, mau bikin Majlis Daun-Daun, Walisongo and the Gang, sakkarepmu. Hidup ini harus yakin. Kalau setelah baca Alquran, Anda masih bilang ‘Mudah-mudahan diterima’, lho terus apa yang menjadi pegangan kita? Terus letak yakinmu di mana? Ada posisi doa, ada posisi yaqin. Doa dan yaqin ada batasnya. Aku nggak akan mencalonkan diri menjadi apapun. Mesakke sing liyane, ndak kalah.

Pertanyaan Sekaligus Tanggapan dari Cak Nun
3. Berkaitan dengan judul malam ini, kok seakan-akan adol ayat. Sekarang ada fenomena sangat ruwet di Tanjung Priuk, yaitu fenomena habib-habib. Habib Munzir mencegah Al Hadad. Saya heran, apa benar mereka ini masih dalam nasabnya Rasulullah? Yang didoktrin yang umur-umur tanggung, tiap malem Jumat bakar petasan. Bagiamana masalah habib ini? Saya keder juga.

Cak Nun : Jual ayat atau tidak itu bukan soal ayat dibawa, tapi soal apa yang primer. Lihat peristiwanya bagaimana. Kayak mbakar dupa itu haram apa halal? Halal haram jangan dilihat bendanya, peristiwanya. Yang dilihat adalah ghayyah-nya , wasilah-nya. Kalau yang dituju memang substansi ayatnya ya nggak papa.
Soal habib ini, saya ketemu dengan mereka di pasar minggu. Mereka bilang bahwa yang paling dirugikan dari ‘majelis-majelis itu’ itu adalah “kami para habib”. Maksudnya habib-habib yang “beneran” terimbas. Siapakah habaib? Sebaiknya kita teliti. Habib itu orang yang mencintai. Mahbub itu yang dicintai. Banyak orang Arab agak selatan mengagumi Muhammad, lho ini ada orang Arab kok suka bertapa. Mereka sangat mencintai Muhammad, tapi pergi dari Mekkah karena tidak tahan dengan kondisi di sekitar Nabi. Kemudian menjadi rancu.

Ada habib yang orang  lain. Ada juga habib yang dari dalam (ahlul bayt). Kita sudah tidak bisa mengurainya lagi. Bukan cuma “berbangsa dan bersuku” artinya – kalau itu kan terjemahan dari Depag. Artinya lebih tepat adalah 'satuan-satuan'; boleh teritorial, boleh darah, boleh ideologi.
Satuan-satuan dalam habib juga berbeda-beda. Ada habib yang beranggapan bahwa dia berhak ditampung dalam rumah seseorang lengkap dengan makan dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang lain, kerjaannya hanya memberi nasihat saja. Ada juga yang jualan sajadah, jualan karpet; mereka hanya menyalurkan keanggunan Muhammad. Yang Anda keluhkan adalah habib-habib karbitan yang belum matang.

Orang Islam, Khalifah Allah, tidak masalah terhadap masalah. Nah sekarang Anda bahagia ndak? Gratis nggak? Mudah nggak? Apa lagi yang mempesona dari hidup ini? Kebesaran yang mana? Gemerlapp yang mana? Kecantikan jangan dicari , temukan kasih sayang itu di dalam kerja sama cinta kalian.
Besok kan belum ada dosa, besok kan bersih. Kamu pikir manusia bisa mengubah? Bisa kecil-kecil, tapi perubahan besar hanya oleh Allah.

Sing penting mlaku ae. Tuhan tidak mengajarkan sukses, Tuhan hanya mengajarkan untuk berjalan,  terus berjalan. Ndak sempat putus asa. Saya tidak pernah terharu dan menangis seperti ketika saya pengajian di Doli. Manusia perang melawan nafsunya sendiri.   Yahudi menguasai Masjid Nabawi untuk memutus tali cintamu, lewat wahabi-wahabi itu.

4. Maksud dari ‘nabi yang ummiy’ itu apa?
An nabiy al ummi y; saya akan rekonfirmasi dengan yang lebih ahli , Cak Fuad misalnya, karena saya harus mengerti batas-batas saya. Muhammad itu tidak seperti nabi-nabi lain yang mengandalkan kekuatan-kekuatan tertentu. Muhammad tidak dengan mukjizat-mukjizat  yang sifatnya vulgar. Muhammad itu dilindungi Allah untuk biasa-biasa saja. Dia berjuang sebagai manusia biasa. Dia belajar ilmu ekonomi, politik, kebudayaan, untuk melawan Abu Jahal yang hendak merebut air zamzam. Rasulullah memperjuangkan sejak awal melindungi hak-haknya dengan  kekuatan manusia biasa. Ummiy ini saya kira bukan buta huruf dalam pengertian wadagnya, tapi dia awam. Nggak usah pamer penderitaan, karena penderitaan Rasulullah itu sangat besar, dan kita hanya bisa mencicipi sedikit-sedikit saja.Y ang penting adalah deket hatimu sama Allah.

Mana ada Nabi menyebut dirinya orang baik? Adanya menyebut diri sebagai orang zalim. Zalim itu sejelek-jeleknya orang.

5. Apakah ning nang gung itu berserah diri? Saya minta tolong penjelasannya.
Itu salah satu bentuk mencari Allah dengan estetika. Asal jangan dianggep jadi ibadah mahdhoh, ndakmasalah. Ada orang yang wiridannya “Lapeo”, karena kata itu diberi muatan yang luar biasa oleh pemilik namanya.  Dia punya riwayat. Ini soal fisika, soal gelombang, soal software, soal javascript.

Saya nggak punya kehebatan, jangankan merendahkan, meniadakan pun saya sanggup. Manage hati kamu per satuan waktu dan satuan ruang.[]



Kami ucapkan terima kasih kepada :
Cak Nun, Ian L. Betts, Sabrang, Dewi Umayya, Viva Westi, Maria Sahida, Amsar A. Dulmanan, Akbar, Fajri Husein, Firman Toekan, Ramdansyah Bakir, Kang Ho, Frochlich, Taman Ismail Marzuki, Neva SoundSystem, dan jamaah yang hadir.