assalamu'alaikum

Assalamu'alaikum

Semua yang ada disini adalah hasil Reportase dari dulur dulur Jamaah Maiyah yang ada di manapun Baik dari Kenduri Cinta(KC) Obor Ilahi(OI) BangBang wetan (BBW) Mocopat syafaat (MS) gambang Syafaat (GS) dan maiyah maiyah lain yng sulit sayaa sebutkan,
Blog ini juga memuat syair ataupun puisi Terutama Milik Cak Nun (Emha Ainun Nadjib).
Blog ini Juga menampung saran dan kritik juga tidak berkeberatan apabila ada saudara atau pengunjung atau teman bahkan musuh sekalipun yang ingin menuangkan ide dan tulisan tulisanya...

25/08/11

Reportase Maiyah BBW agustus 2011


Berani Menafsiri Keseharian - Refleksi Forum BangbangWetan, Agustus 2011 oleh Lukman Febrianto pada 14 Agustus 2011

Benarkah Rasulullah Muhammad Salallaahu 'Alaihi Wassalam (SAW) adalah 100% keturunan Arab?
Bila benar, adakah catatan atau bukti-bukti sejarah yang menunjukkan bahwa selama ini dalam kebiasaan atau budaya bangsa Arab, terdapat perilaku BERTAPA, seperti yang dilakukan Nabi Muhammad SAW di Gua Hira?
Benarkah secara antropologis (=ilmu tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu), adalah menjadi ciri dari orang-orang bangsa Arab, untuk berjalan dengan sikap yang bersahaja dan sangat santun dalam bertutur kata, seperti yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW?

Pertanyaan-pertanyaan di atas, menurut saya, adalah salah satu sisi menarik dari Forum Pencerahan BangbangWetan, yang diselenggarakan di Balai Pemuda Surabaya, pada hari Sabtu, 13 Agustus 2011 kemarin malam. Setelah berhalangan hadir selama 2 kali pada pertemuan yang diselenggarakan setiap tanggal 14 Hijriah itu, Emha Ainun Nadjib (EAN) atau yang lebih akrab disapa dengan Cak Nun (CN), kembali menemani kami untuk ber-Maiyah (=berkumpul), bershalawat, berdo'a dan berdialog membahas berbagai hal yang sedang terjadi dan mungkin akan terjadi di keseharian kita yang hidup di negeri yang bernama Indonesia. Bersama Cak Nun, ada CakPriyo Aljabar dan Cak Suko Widodo dari FISIP UNAIR, yang selama ini setia mengawal acara sebagai moderator. Selain itu, hadir pula Gus Luthfi dari Ma'had TeeBee (Pondok Pesantren Tambak Bening) Surabaya, Cak Parto dari FH UNAIR, Pakdhe Toto dari Yogyakarta dan beberapa tamu dari pengurus Nahdatul Ulama (NU) yang ikut ber-Maiyah dari atas panggung.

Seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya, Forum BangbangWetan selalu "dibanjiri" oleh berbagai kajian menarik yang berasal dari narasumber maupun dari diskusi yang terjadi antara narasumber dan para hadirin, yang kesemuanya itu - mohon maaf - tidak dapat dijelaskan kembali secara detail dan menyeluruh dalam tulisan ini, karena keterbatasan ingatan dan cara penyampaian dari penulis.

Setelah diawali dengan pembacaan Al-Qur'an serta shalawat, acara malam itu dilanjutkan dengansharing pengalaman bathin atau spiritual dari beberapa penggiat BangbangWetan, yakni Cak Haris,Pak Ndut dan Cak Agung yang menyertai Cak Nun dan kelompok musik KiaiKanjeng, selama melakukan kunjungan ke Bunda Cammana, seorang mubalighah dari Tinambung, Polewali Mandar, Selawesi Barat. Terlihat sekali betapa kata-kata tak mampu mewakili kedalaman dan keluasan dari pengalaman spiritual yang dialami ketiga Sedulur BangbangWetan ini. Bila ingin mengetahui sekilas liputannya, silahkan baca tulisan Cak Agung di sini.

Dari Gus Luthfi, kita belajar betapa sejak dulu para pedagang dari Indonesia telah melakukan kontak dagang dengan para pedagang di Timur Tengah, yang salah satunya adalah dari keluarga Nabi Muhammad SAW, sehingga sebenarnya bukan para pedagang dari Saudi Arabia, Gujarat - India atau Persia yang membawa ajaran Islam ke Indonesia, tetapi para pedagang Indonesia sendiri yang memperkenalkannya. Bahkan ketika Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul, maka para pedagang di Indonesia (yang notabene masih memeluk agama Hindu atau Budha) pun ikut meyakini kebenarannya, karena selama ini telah berinteraksi langsung dengan keluarga maupun diri Nabi Muhammad SAW sendiri.

Bahasan ini kemudian diperluas oleh Cak Parto, yang menjelaskan bagaimana Papua adalah sebuah pulau yang terkaya di dunia, dimana bila kekayaan negara-negara Uni Eropa digabungkan, maka hanya menjadi 25% dari kekayaan Papua. Dari bahan baku tanah Papua inilah, konon dahulu Nabi Adam Alaihissalam (As.) diciptakan. Kekayaan tanah Indonesia ini pula yang kemudian menjadi magnet yang luar biasa bagi negera-negara di Eropa - melalui para pelautnya seperti Marcopolo, Vasco Da Gama dan sebagainya - untuk datang dan "mencari nafkah" di Indonesia melalui perdagangan kopi, tembakau dan rempah-rempah, khususnya di Kerajaan Maluku, Ternate dan Tidore yang konon adalah negeri dimana Putra-putra Adam, Habil dan Qabil dulunya berada dan bersengketa.

Masih banyak lagi catatan-catatan sejarah yang diungkapkan oleh kedua narasumber di atas. Dari sisi Gus Luthfi, kita dapat memaknai bahwa dengan memahami sejarah, maka manusia tidak akan mudah untuk menghina siapa pun, karena bisa jadi yang selama ini dianggap hina, sedang menjalani tahapan yang nantinya akan diangkat oleh Allah SWT menjadi baik dan mulia. Disamping itu, untuk menjaga agar tidak mudah menghina orang lain, maka kita hendaklah selalu bersyukur dan tidak tamak. Sedangkan dari sisi Cak Parto, kita dapat lebih mengenal jati diri sebagai sebuah bangsa yang besar dan hebat sejak dari zaman nenek moyang dahulu, bangsa yang dianugerahi berkah alam yang luar biasa oleh Allah SWT, sehingga seberapa besar pun kekayaan kita dicuri, dirampok atau dikorupsi, maka bangsa ini tidak akan hancur.

Apa yang dijelaskan oleh Gus Luthfi maupun Cak Parto, oleh Pakdhe Toto dilihat sebagai sebuah upaya melakukan tafsir terhadap apa yang ada dalam kehidupan kita. Menurut Pakdhe Toto, sebagai manusia hendaknya kita berani menafsirkan sendiri apa yang selama ini kita lihat, dengar dan rasakan. Tidak perlu ada keraguan atau ketakutan dalam menafsirkan / meng-IQRO' (=mempelajari, mengkaji, menganalisa dan menyikapi) sesuatu, khususnya ketika kita memiliki wadah diskusi seperti Forum BangbangWetan, dimana hasil penafsiran tersebut dapat dikaji dan ditemukan hubungan atau korelasinya dengan nilai-nilai-NYA yang telah tertulis dalam mushaf Al-Qur'an maupun Hadits.

Pertanyaan di awal tulisan ini, adalah salah satu dari banyak "pintu" atau "gembok" ke arah terbukanya pemahaman, yang diungkapkan oleh Cak Nun, berkaitan dengan "tantangan" untuk menafsirkan kehidupan kita masing-masing, yang sebelumnya dilontarkan oleh Pakdhe Toto. Menurut Cak Nun, sebagai manusia yang merupakan karya terbaik atau masterpiece dari Allah SWT, yang derajatnya lebih tinggi dari semua makhluk ciptaan-NYA, kita seharusnya berani men-dekonstruksi (=membaca atau menelaah kembali) pemahaman-pemahaman yang selama ini kita yakini, sehingga apapun yang kita pelajari, khususnya tentang isi Al-Qur'an dan Hadits, dapat memberikan dampak yang solutif atau bermanfaat dalam kehidupan keseharian kita.

Lebih lanjut, Cak Nun menjelaskan bahwa dalam memahami sesuatu terdapat 3 cara, yakni :
Adopsi / Re-produksi / Taqlid, yakni mengikuti sebuah tafsir atau pendapat seseorang, tanpa dipikirkan atau dikaji terlebih dahulu
Adaptasi / Ittiba', yakni mengambil tafsir atau pendapat dari seseorang, yang kemudian disesuaikan dengan kondisi atau konteks yang ada
Kreasi / Produksi / Ijtihad, yakni melakukan penafsiran baru atas sesuatu
Dari ketiga metode di atas, Cak Nun menjelaskan bahwa selain yang berkaitan dengan Ibadah Mahdah seperti Syahadat, Salat, Puasa, Zakat dan Haji yang telah ditetapkan syarat dan rukunnya dengan sangat jelas oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an dan Hadits, maka kaum muslimin dapat melakukan Ittiba' maupun Ijtihad pada berbagai hal dalam kehidupannya.

Salah satu bentuk ijtihad adalah pengertian atas Syariat, Tarikat, Hakikat dan Makrifat, yang selama ini dipahami sebagai tingkatan-tingkatan keilmuan, pemahaman atau praktek seseorang dalam menjalankan ajaran agama Islam, padahal menurut Cak Nun, keempat hal di atas adalah sebuahsistem yang saling berkaitan satu sama lain. Beliau menganalogikan Syariat sebagai Jalan, Tarikat adalah Cara menempuh jalan tersebut, Hakikat adalah Tujuan dari perjalanannya danMakrifat adalah Siapa yang ingin ditemui di tempat yang ditujunya.

Ketika melakukan penafsiran atau ijtihad, kita tidak dapat melepaskan diri dari pemahaman atas 3 hal yang saling berkaitan satu sama lain, yakni mushaf Al-Qur'an, yang diistilahkan dengan ayat-ayat Qauliyah, manusia dan alam semesta, yang keduanya diistilahkan dengan ayat-ayat Kauniyah. Sebagai gambaran, akan sulit bagi kita untuk memahami ilmu-NYA dalam ayat-ayat Al-Qur'an, ketika kita tidak memahami manusia dan alam semesta. Hal yang sama juga terjadi, ketika kita mencoba memahami manusia, tanpa pemahaman terhadap Al-Qur'an dan alam semesta atau memahami alam semesta tanpa pemahaman terhadap Al-Qur'an dan manusia.

Tidak ada komentar: