assalamu'alaikum

Assalamu'alaikum

Semua yang ada disini adalah hasil Reportase dari dulur dulur Jamaah Maiyah yang ada di manapun Baik dari Kenduri Cinta(KC) Obor Ilahi(OI) BangBang wetan (BBW) Mocopat syafaat (MS) gambang Syafaat (GS) dan maiyah maiyah lain yng sulit sayaa sebutkan,
Blog ini juga memuat syair ataupun puisi Terutama Milik Cak Nun (Emha Ainun Nadjib).
Blog ini Juga menampung saran dan kritik juga tidak berkeberatan apabila ada saudara atau pengunjung atau teman bahkan musuh sekalipun yang ingin menuangkan ide dan tulisan tulisanya...

30/01/12

Kenduri Cinta Remah Remah cahaya Januari 2012


Ditulis Oleh: Red KC/Ratri Dian Ariani
Kenduri Cinta Januari 2012; “REMAH-REMAH CAHAYA”Hujan yang menyapa sepanjang siang dan sore menyisakan basah di pelataran Taman Ismail Marzuki. Jumat 13 Januari 2012, Kenduri Cinta diawali dengan tadarus. Setelah itu Kiai Roqib bersama kelompok hadrahnya yang terdiri dari tujuh santri memimpin shalawat.

[Prolog]

Sebagai sebuah awalan, Mas Adi bercerita sedikit mengenai judul yang digagasnya itu.
“Manusia hidup setelah Allah meniupkan ruh kepadanya. Karena Allah sendiri Cahaya Maha Cahaya, secara biologis manusia mengandung unsur-unsur cahaya. Awal kehidupan merupakan awal harapan. Tapi manusia tidak sendiri. Ada nafsu yang menemani dari dalam, ada ketidakadilan sistem yang menyerangnya dari luar. Hal-hal semacam itulah yang menjadikan potensi cahaya di dalam manusia memudar atau mengecil menjadi remah-remah. Walau begitu selama kita berusaha memeliharanya, cahaya itu masih bisa membesar. Harapan saya adalah dengan berkumpulnya kita di KC ini kita bisa menyalakan cahaya-cahaya kita sehingga ketika nanti tiba waktunya, kita kembali kepada Cahaya.”
Mas Ibrahim menambahi dengan uraian mengenai dua ‘bentuk’ cahaya, yakni nuur dan naar. Naar adalah cahaya yang sifatnya lebih panas, maka kemudian dia diartikan sebagai neraka. Orang-orang betah Maiyahan dan orang-orang betah berjudi, itu sama-sama karena mereka berada dalam satu frekuensi cahaya, walaupun cahayanya berbeda.

[Diskusi Sesi Pertama]

Hadir malam ini enam perwakilan dari Komunitas Sapu Bersih Ranjau (Saber), komunitas relawan pembersih ranjau paku di Jakarta. Komunitas ini didirikan tanggal 5 Agustus 2011, setelah sebelumnya masing-masing melakukan sapu bersih secara terpisah dan tidak terkoordinasi. Mereka berangkat dari keprihatinan terhadap aksi sebar paku yang marak di mana-mana. Tidak semua pengendara sepeda motor mampu menambal ban, ditambah lagi kadang-kadang penambal bannya memilih untuk mengganti ban ketimbang menambalnya.
Saber beranggotakan 14 orang dengan 22 orang simpatisan. Siapa saja yang hendak bergabung dengan komunitas ini harus terlebih dulu menjadi simpatisan supaya bisa dilihat tingkat keseriusan bekerja dan keberanian menghadapi ancaman-ancaman dalam berbagai bentuk, seperti teror SMS, lemparan batu dan botol, ancaman perkelahian bahkan sampai ancaman pembunuhan.
Mereka melakukan razia paku setiap malam usai Isya’ sampai tengah malam, pagi sebelum berangkat bekerja, dan sore sepulang bekerja. Sampai saat ini wilayah yang sudah disapu bersih meliputi Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, dan Bekasi.
“Kemarin Rabu kami mendapat apresiasi dari Kapolda berupa rompi, lampu pengatur lalu-lintas, dan pembinaan. Setelah mendapat penghargaan itu posko kami yang awalnya di halte Green Garden atau di rumah ketua, berpindah ke rumah Pak Yosi ‘Saber’, di Petojo Selatan Nomor 12.”
Bagi yang ingin mengakses komunitas yang tidak mendasarkan geraknya dari gaji melainkan keikhlasan ini, bisa keakun Facebook-nya, Komunitas Sapu Bersih Ranjau (SABER).
Narasumber kedua, Bang Sandi Surya Dinata, menganalisis masalah-masalah yang ada di Indonesia dengan Broken Windows Theory yang pertama kali diperkenalkan oleh James Q. Wilson dan George L. Kelling, sambil mengaitkannya dengan tema malam ini yaitu ‘cahaya’.
“Dalam teori itu dikatkan bahwa ketika ada sebuah bangunan yang jendelanya dirusak oleh vandalisme, itu akan mendorong orang-orang lain untuk semakin merusaknya dan bahkan menerobos masuk ke dalamnya. Kita berada dalam situasi ini. Dan kalau tidak segera diperbaiki, kekacauan itu akan terus-menerus bertambah.”
“Ada yang namanya mirror brain, yang Allah sengaja mendesainnya supaya kita punya hati nurani. Dien yang lurus sesuai dengan fitrah manusia. Penumpulan hati nurani terjadi karena kita belajar dari lingkungan untuk meng-adjust atau berkompromi terhadap ketidakbenaran.”
“Mari kita jadikan diri kita sebagai reflektor cahaya-cahaya Allah, sebagai penyampai kebenaran Allah.”
Bang Syarif, seorang aktivis politik dan ketua LSM Maskot Jakarta, mengajak jamaah untuk mengkritisi produk-produk kebijakan pemerintah yang ternyata membawa kesengsaraan bagi rakyat. Salah satu contohnya kasus Bank Century yang terus ditahan.
Bang Biem Benyamin, yang saat ini bersama Faisal Basri sedang dalam upaya untuk maju ke Pemilihan Gubernur DKI Jakarta, menceritakan bahwa dalam proses pencarian dukungan para bakal calon pada umumnya tidak bisa lepas dari politik uang. Mereka sengaja maju secara independen supaya tidak ada kungkungan partai politik dan cukong-cukong yang menyebar investasinya pada setiap Pemilukada. Bang Biem berusaha keluar dari kebiasaan-kebiasaan itu dengan mencari dukungan tidak melalui pembagian uang dan sembako, tetapi murni dengan mendekati masyarakat. Dengan itu Bang Biem telah berhasil mengumpulkan 380.000 KTP sebagai bentuk dukungan.
Ramdansyah Bakir, ketua Panwaslu Jakarta, memperkenalkan buku karyanya yang diprotes orang-orang KPU, berjudul Sisi Gelap Pemilu 2009.  Menurutnya, beberapa sisi gelap dalam Pemilu menyangkut setidaknya tiga hal yaitu data jumlah penduduk dalam Data Penduduk Pemilih Potensial Pemilu (DP4), kampanye, dan verifikasi faktual yang tidak menggunakan metode sampling.
Datang di pertengahan diskusi Mas Sarman yang selama ini gencar melakukan kampanye mandiri di berbagai wilayah negara untuk mewujudkan harapan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022. Diputarkan video yang memuat komentar-komentar dukungan dari berbagai tokoh dunia terhadap upayanya itu.
Video Aksi Masyarakat Sepakbola Indonesia Untuk mengkampanyekan Indonesia Sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022
FIFA sudah menetapkan Qatar sebagai tuan rumah, tapi itu sebenarnya tidak memungkinkan dari segi luas wilayah, jumlah penduduk, dan latar belakang kebudayaannya. Dengan slogan ‘Support Indonesia as The Host of FIFA World Cup 2022. One Earth.’ Mas Sarman berkampanye terus-menerus, mengorganisasi segalanya, membawa nama Soekarno ke negara-negara Eropa, membentangkan 20 bendera Indonesia ukuran 20 meter kali 9 meter di stadion-stadion selama pertandingan di Afrika Selatan kemarin.
Di sesi tanya jawab, Habib Faray dari Tenabang mengajak jamaah untuk mendoakan Bang Biem berhasil, dengan syarat ketaqwaannya bertambah. Beliau juga menambahkan dua pesan : harga beras seribu rupiah per liter dan gubernurnya jangan atlit renang. Mas Agung, seorang wartawan Bahana, memberikan komentar bahwa demokrasi tidak nyambung dengan rakyat karena demokrasi berakhir dan mentok pada birokrasi.
“Demokrasi harus bersih, pemimpinnya harus bersih dulu. Bagaimana tahu bahwa seorang pemimpin bersih? Lihat track record-nya,” respon Bang Biem.

[Diskusi Sesi Kedua]

Lepas tengah malam Cak Nun beserta narasumber yang lain memasuki panggung. Ada Ki Janggan atau Kang Mohammad Sobary, Pak Ichsanuddin Noorsy, Mas Agung, Mas Sabrang, Kang Anis, Pak Tjuk, dan Syekh Nursamad Kamba. Kehadiran para narasumber ini dikawal oleh hujan yang turun deras, menggerakkan jamaah untuk merapat satu sama lain.
“Hujan ini tergantung Anda, apakah Anda memaknainya sebagai cahaya atau tidak. Amati kapan awalnya, kapan mulai derasnya. Itu terserah Anda karena Anda khalifah.”
“Saya tidak pernah menemukan kegelapan dalam kehidupan. Allah tidak memproduksi kegelapan. Kegelapan hanya ada ketika ada ketidaktepatan waktu, organisasi, dan langkah manusia, sehingga dia keluar dari irama dan sunnahnya Allah. Allah menciptakan siang dan malam itu bukan berarti adanya cahaya dan kegelapan. KC adalah latihan untuk menemukan bahwa tidak ada kegelapan, sepanjang anda tidak menjauh dari bayi Anda. Bayi Anda adalah kesejatian ciptaan Allah atas Anda, yaitu satu langkah sesudah Allah sendiri.”
Pak Mohammad Sobaryi mengawali uraiannya dengan menuturkan kisah seorang sufi yang kehilangan jarum di dalam kamarnya kemudian dicari-carinya sampai ke halaman rumah. Ketika ada yang bertanya kenapa dia mencarinya di luar rumah padahal hilangnya di dalam kamar, dijawabnya bahwa itu dilakukannya karena di dalam kamar gelap sehingga dia tidak bisa melihat apapun.
Orang Jawa membagi-bagi cahaya dalam banyak perbedaan. Ada cahaya air yang memberikan keteduhan atas kegerahan, ada cahaya orang perang yang penuh ketegangan, kemarahan, pertumpahan darah, dan mengancam persaudaraan di antara manusia. Kemudian ada pula cahaya pandhita yang sedang bertapa. Persoalannya adalah mana yang lebih kuat antara cahaya orang perang dan cahaya pandhita.
“Orang Jawa membuat bentuk-bentuk lain. Di dalam Mahabharata ada Dasamuka (cahaya merusak) dan di pihak lain ada Anoman (utusan, kekasih Dewa Wisnu Sang Pemelihara). Dasamuka tidak bisa dimatikan, tapi bisa dikalahkan. Dan yang mengalahkannya bukanlah dewa atau manusia melainkan kera.”
“Dasamuka muncul dalam generasi 600 tahun kemudian, yaitu generasi Kurawa. Dari zaman Dasamuka hidup, hitam dan putih tampak jelas. Tapi dalam generasi berikutnya, cahaya hitam dan putih tidak jelas. Orang yang menampakkan cahaya putih bisa jadi adalah orang jahat.”
“Cahaya bukan sesuatu yang netral dan berdiri di luar kita. Cahaya punya kekuatan dialektis. Selama masih ada cahaya kelip-kelip dari tubuh pandhita yang sedang bertapa, masih ada harapan. Mari kita bikin cahaya-cahaya itu dalam jumlah yang lebih banyak.”
Cak Nun bercerita mengenai topik yang dibahas di Bangbang Wetan Surabaya beberapa hari lalu. Judulnya Belajar dari Hitler. Salah satu pembicaranya Dr. Hendrich, yang telah mempelajari Hitler sejak lama.
Hitler berani pasang badan melawan Yahudi sementara tetangga-tetangganya hanya berani menjajah bangsa-bangsa kecil. Kalau demokrasi tidak benar dijalankan, mau tidak mau harus ada otoritarianisme, harus ada langkah-langkah yang agak militeristik untuk membawa negara kembali ke jalurnya. Pada masa Hitler tidak ada yang berani korupsi atau mencuri, karena berapapun mencurinya, hukumannya sama yaitu hukuman mati. Maka meninggalkan rumah dalam keadaan tidak terkunci pun aman. Kekeliruannya adalah Hitler menemui su’ul khatimah dengan penyerangannya ke Rusia.
“Anda harus meng-AlFatihah-i Hitler karena banyak kreativitasnya yang sampai sekarang masih kita pakai, seperti toa di masjid-masjid dan tank. Artinya Anda jangan ikut benci sama Hitler karena Anda nggak punya masalah sama dia. Masalah Anda itu sama Belanda, tapi justru Anda mengaguminya.”
Hitler satu-satunya orang yang berani melawan Yahudi. Soekarno satu-satunya yang berani melawan Amerika. Maka Hitler memilih Indonesia sebagai tempat pelariannya. Dia pura-pura menjadi dokter pada 1974 dengan nama Dr. Poch. Di sana dia menikah dengan orang Indonesia. Tahun 1976 Dr. Poch meninggal dan dimakamkan di Ngagel Surabaya.
Indonesia yang sudah dalam keadaan totally disorganized ini, apakah memang harus dipimpin oleh orang macam Hitler? Sebelum sampai pada ‘iya’ atau ‘tidak’, Cak Nun mengajak jamaah untuk memahami bahwa ada tiga tipe bangsa di dunia : ada bangsa gajah, domba, dan kutu.
Bangsa gajah memiliki ketinggian intelektualitas, fokus, inisiatif, dan resistensi terhadap bermacam hal. Bangsa domba tidak hebat, tapi memiliki ketaatan yang tinggi. Asalkan ada penggembala yang baik, bangsa ini akan menjadi baik. Yang terakhir, bangsa kutu, adalah gambaran bangsayang sudah tidak bisa diapa-apain lagi. Kita harus mampu menentukan bangsa kita masuk ke dalam bangsa yang mana dulu sebelum memutuskan apakah kita cocok dipimpin oleh pemimpin semacam Hitler.
Hitler adalah pemimpin yang sangat hebar dalam pengelolaan domba, sementara bangsa Indonesia bukanlah bangsa domba. Indonesia sekarang adalah bangsa kutu, tapi juga memiliki sifat gajah yang luar biasa. Indonesia pernah punya fokus nilai dan pencapaian yang sangat tinggi, Indonesia pernah punya bangunan-bangunan tinggi yang memiliki perhitungan-perhitungan kosmologis di samping perhitungan arsitektur. Indonesia adalah bangsa gajah yang menjadi domba, tapi karena kemudian tidak menemukan penggembala yang baik maka menjadi bangsa kutu. Kita adalah bangsa yang sedang dijadikan kutu oleh proses-proses yang sedang terjadi.
Hitler tidak akan bisa memimpin Indonesia karena dia baru pendekar tingkat 3, yang untuk menaklukkan macan memerlukan alat dan strategi bermacam-macam seperti laso, hipnotis, atau bau-bauan. Pendekar tingkat 2 adalah pendekar yang main tubruk. Si macan terkalahkan dan takluk, tapi dia menyimpan dendam. Pemimpin yang diperlukan Indonesia adalah pendekar tingkat 1, yaitu pendekar yang asal ada dia si macan menjadi jinak. Hanya Indonesia yang memiliki fenomena pawang semacam ini.
“Israfil jangan kita fitnah dia diam. Dia kerja setiap hari, karena dia yang memberi tanda pagi, siang, dan seterusnya. Dia yang mengelola alam semesta. Dia adalah tadbirul alam. Sebelum gempa datang, terompet bertiup. Sebelum ada banjir, terompet bertiup. Jadi belajarlah mendengarkan terompet. Kalau Anda peka, maka Anda akan ikut mendapatkan ayat-ayat Allah.
“Hitler hanya memenuhi satu syarat pemimpin dalam perspektif Ranggawarsita, yaitu ksatria. Itu tidak cukup. Pemimpin Indonesia harus pinandhito, harus sudah selesai hidupnya, sudah tidak eman terhadap dunia, sudah merdeka pada dunia. Pinandhito juga belum cukup karena itu baru kemampuan orisinil manusia untuk menemukan kekuatan. Dia belum vertikal. Dia juga harus sinisihan wahyu, dijaga dari langit dengan rowasiya. Indonesia butuh ksatria yang memiliki sublimasi kependetaan dan dia senantiasa dibimbing Allah.”
“Jadi kalau Hitler ini mimpin Indonesia, kira-kira baru dua hari dia sudah disantet. Nah, santet ini adalah penyelewengan terhadap kearifan nenek moyang. Dulu Gajahmada mengirim utusan-utusan ke berbagai belahan dunia. Untuk efisiensi logistik, dia menggunakan teknologi pemadatan makanan, dari makanan bermacam-macam dipadatkan hanya menjadi sebutir pil. Ketika stok makanan itu habis padahal misi belum selesai, Gajahmada melakukan teknologi kedua, yaitu pengiriman makanan ke perut ribuan pasukan di berbagai belahan dunia dari jarak jauh. Ada orang-orang yang diutus untuk melakukan pengiriman itu. Dari ratusan orang itu, ada beberapa orang yang menyelewengkannya. Yang dikirim bukan lagi makanan, melainkan paku, jarum, cangkul, dan seterusnya.”
“Semua kita pelajari, bukan kita pro atau kontra. Semua adalah cahaya ilmu. KC hanya salah satu investasi agar tidak ada langkah kita yang tidak dihidayahi Allah. Coba amati dalam hidup Anda kapan Allah menyapa Anda, bisa lewat angka, warna, atau peristiwa. Allah itu demikian dekat dengan kita.”
“Kalau kegelapan total, kita tidak bisa melihat diri sendiri,” Kang Anis mengawali penjelasannya yang bertepatan dengan matinya lampu selama satu-dua menit.
“Yang tampak oleh cahaya adalah yang bisa memancarkan cahaya. Kalau Anda mau membangkitkan Indonesia, Anda harus membangkitkan diri Anda sehingga Anda akan memancar keluar. Profesor fisika sampai saat ini tidak bisa membedakan secara fisika antara light (nuur) dan fire (naar), padahal secara substansi jelas berbeda.”
Kang Anis menyitir salah satu ucapan Rasulullah bahwa jin makan tulang-belulang atau fosil-fosil. Fosil itulah yang kita gunakan sebagai sumber energy untuk menerangi dunia, maka kita sedang membangun peradaban naar. Peradaban kita dibangun oleh peradaban-peradaban jin, sehingga menjadi kacau-balau. Setan masuknya lewat darah atau energi. Kalau bahannya haram, tindakan kita pun akan haram. Maka satu-satunya cara jika ingin berubah adalah menumbuhkan cahaya dalam diri masing-masing.
“Dalam keadaan normal, orang Indonesia bodoh. Tapi begitu krisis kita jadi hebat. Kita memiliki keunggulan dalam pemahaman mengenai kehidupan dan cara mengaturnya.  Mas Agung dengan pekerjaan penelitiannya ingin membuktikan bahwa kita ini bukan kutu tapi gajah, kita ini bukan emprit tapi garuda,” Cak Nun mengantarkan Mas Agung untuk menyampaikan beberapa poin.
“Tanggal  1 Desember 2010 saya sudah meng-upload di Youtube video Pyramid Sadahurip. Di bulan yang sama temen-temen sempat meng-upload Sebaran Pyramid Nusantara. 31 Desember 2010 kami upload Pyramid Lalakon. Februari kami  dapat jalan melakukan pengujian geologi bersama LIPI. Tapi kemudian kami memilih untuk memisahkan diri karena LIPI bergabung dengan Presiden dan mengalihkan isu menjadi litigasi bencana.”
“Sejak kecil saya tidak percaya pada sejarah negeri ini.  Kalau misalnya Belanda mendarat di Batavia kok rel kereta api di Madiun? Ekspor kita ke luar negeri  pada zaman VOC adalah gula. Perhatikan, tanah di Jakarta sebenarnya cocok untuk gula, tapi di sini tidak ada pabrik gula, adanya justru di Cirebon dan semakin ke timur semakin banyak.”
Mas Agung menjelaskan bahwa keanehan-keanehan itu terlihat jelas dalam relief candi-candi di Indonesia. Selama ini dipercaya bahwa cerita pada relief itu adalah tentang Ramayana, padahal bukan. Justru kalau mau mencari gambar Patung Liberty, ada di lantai kedua. Ada juga gambaran leluhur kita menaklukkan benua Amerika.
Enam puluh lima kilometer di utara Jayapura ada benteng di bawah laut. Di selatan Bali juga ada, dengan tinggi 1,8 kilometer juga. Apakah benteng sedemikian besar dibangun oleh bangsa yang naik kuda? Di daerah Sungai Progo ada jembatan yang bisa mengikuti pola gempa, dan itu satu-satunya di dunia.
Pyramid Lalakon ditimbun dalam kedalaman 38 meter. Terlihat ada pola tangga, pintu, dan terowongan. Di salah satu sisi ada yang menunjukkan resistivity 22,14 – resistivity untuk emas – yang belum dibuka karena pasti akan rame. Walaupun dilarang mendekati kompleks Lalakon, Tim Turangga Seta tidak khawatir oleh kemungkinan penguasaan oleh pihak-pihak tertentu karena bangunan-bangunan seperti itu pasti memiliki sistem jebakan.
Di dalam pyramid-pyramid tersebut terdapat getaran elektromagnetik di puncaknya sebesar 28 KHz, dan semakin ke atas semakin besar, seperti telah di-lock dari luar. Cara paling mudah untuk membuktikannya adalah menggunakan radio yang mampu menangkap rentang frekuensi tersebut dan disambungkan ke oscloskop. Selain itu di saat-saat tertentu juga ada efek sinar dari langit ke puncak atau sebaliknya. Kandungan air di gunung tersebut juga memiliki efek radiasi yang semakin ke atas semakin besar. Mungkin efek ini yang bisa menyembuhkan orang sakit.
“Anda kan kenal Da Vinci Code,” sambung Cak Nun, “Da Vinci Code tidak akan diterima karena menyangkut kepercayaan yang sudah mendarah daging. Di sejarah kita ada Da Vinci Code-nya juga, yaitu yang disampaikan oleh Mas Agung tadi.”
“Bangsa kita di abad ke-13 melihat sebentar lagi Portugis datang. Waktu itu Portugis masih di Ternate. Telah tampak bagaimana Inca-Maya hancur oleh Spanyol. Sebenarnya kalau sekadar Portugis, mereka akan hadapi, tapi ada bencana yang akan menghancurkan infrastruktur ekonomi, yaitu lumpur. Pada waktu itu orang-orang tua waspada. Keraton longsor, dam-dam pertanian tidak bisa dipakai sehingga timbul krisis ekonomi.
Cak Nun menceritakan ada seorang peneliti bernama Pak Kirjomulyo yang dengan memakai hitung-hitungan hanacaraka menyimpulkan bahwa Majapahit tidak ada. Majapahit adalah karangan yang sengaja dibuat untuk menutupi dinasti sangat panjang di belakangnya, yang mungkin sudah berlangsung sejak 7000 Sebelum Masehi.
Pada abad ke-14 ada empat tahun yang tidak disebut dalam sejarah, yaitu tahun 1396-1400. Sirna ilang kertaning bumi, angkanya adalah 1400. Jadi pada waktu itu Da Vinci Code diciptakan, kekayaan-kekayaan disembunyikan. Cara menutupinyapun teknoogis, sehingga tiba-tiba kita seperti tidak punya apa-apa.
Mas Sabrang menceritakan Isaac Newton, Bapak Fisika Modern yang ternyata juga meneliti dan menganalisis Injil secara sistematis dengan pendekatan kode-kode. Catatan penelitiannya tidak dikeluarkan sampai dia meninggal. Salah satu kesimpulan dalam catatan itu adalah dunia akan kiamat pada tahun 2060.
Menggunakan pendekatan Fisika, api membutuhkan syarat untuk terjadi, yaitu adanya bahan bakar, Oksigen sebagai katalis, serta pemantik. Di sisi lain, cahaya tidak membutuhkan semua itu, bahkan juga tidak membutuhkan media propagasi. Cahaya adalah energi pada titik yang sangat murni. Cahaya hanya mempunyai kecepatan tanpa massa.
“Anda tidak perlu merekayasa cahaya untuk bercahaya. Anda tidak perlu image-building untuk mendapatkan image,” tambah Cak Nun.
Untuk menjawab pertanyaan Cak Nun mengenai luas jagat raya, Mas Sabrang mengatakan bahwa ada dua asumsi yang menjadi pegangan, yaitu big bang benar-benar terjadi dan kecepatan cahaya konstan sejak awal terjadinya big bang. Ekspansi jagat raya terjadi ke segala arah dan sangat cepat.
Kehidupan di bumi dasarnya dari bahan Karbon, karena dia katalis semua hal. Dunia yang bahan dasarnya Silikon, misalnya, pasti akan sangat berbeda. Dan merupakan kemungkinan ada dunia semacam itu.
Bang Ichsanuddin Noorsy menggambarkan ruwetnya proses-proses  munculnya kebijakan yang menyusahkan kita oada masa ini, yang berawal dari dipukulnya Forbes Wilson oleh Fidel Castro pada 1964. Sejak itu terjadi intrik-intrik politik yang kemudian melahirkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 yang memberikan keleluasaan kepada Amerika Serikat untuk mendapatkan penjaminan investasi di Indonesia tanpa sistem bagi hasil. Sebuah keanehan bahwa produk hukum itu ditandatangani oleh Soekarno. Hal itu bisa terjadi karena adanya tekanan psikologis yang demikian besar. Kekuatan Soeharto setelah itu, berpijak pada buku Bradley Simpson.
Pak Tjuk yang tadinya belajar Statistik kemudian mendalami Pertanian menyatakan tidak ada satu bahasa pun yang paling lengkap dalam menyebut padi kecuali di Indonesia. Dari pari menjadi gabah, beras, sampai sego. Pertanian memang berasal dari sini.
Menanggapi isu krisis pangan, menurut Pak Tjuk kita tidak akan mengalami itu karena kita mempunyai begitu banyak jenis makanan. Selama masih ada cahaya yang memungkinkan proses fotosintesis, kita tidak akan kekurangan pangan. Proses produksi untuk menghasilkan makanan seharusnya nggak ada yang bayar, kecuali untuk mengganti biaya tenaga kerjanya saja.
Mas Dadang Kafir Liberal yang diberi kesempatan oleh Cak Nun, melontarkan kalimat ‘Siapapun Penguasa, Cak Nun Kritikusnya’ – seperti tertulis di kaos yang dipakainya. Kemudian Mas Dadang juga menyatakan bahwa lafal syahadat versinya adalah ‘Tiada aku kecuali aku, dan aku adalah utusan aku’, di mana ‘aku’ dibaca sebagai ‘semesta alam’.
Syekh Nursamad Kamba menjelaskan bahwa kata-kata ‘maiyah’ empat kali muncul sejak masa Rasulullah sampai sekarang. Yang pertama ketika Rasulullah bersama Sayyidina Abu Bakar di dalam Gua Tsur dalam kalimat Innallaha ma’ana. Ketika itu Abu Bakar merasa harus ditenangkan bukan karena apa-apa melainkan karena kekhawatirannya terhadap perlakuan kaum Quraisy kepada Rasulullah.
Di dalam Maiyah ada tiga hal, yakni momentum adalah hijrah, menanamkan harapan, serta kesejatian dan kemurnian. Hijrah adalah perubahan yang mengarah pada keberdayaan hidup. Target dakwah di Madinah selalu menyangkut kehidupan, terutama urusan perekonomian.
Kata ‘maiyah’ berikutnya dibawa oleh Ibn Araby yang menjabarkan konsep Maiyah dengan sangat komprehensif. Setelah itu oleh Syekh Yusuf Makassar, dan yang keempat adalah Cak Nun.
“Ketika saya menerima kedatangan Cak Nun dan Kiaikanjeng di Kairo dengan membawa nama ‘Perjalanan Cinta Maiyah’, saya pikir jangan-jangan Emha Ainun Nadjib ini murid setia Ibn Araby? Ternyata Beliau tidak mempelajarinya secara akademik, tapi mungkin secara laduni. Maiyah adalah tentang keberdayaan atau kemampuan menanggung beban hidup – bukan hanya ketika sengsara melainkan yang lebih penting ketika menang. Allah Maha Bijaksana sehingga kadang-kadang Cak Nun ini dibungkus dengan gelar budayawan, sastrawan, dan masih banyak lagi.
“Orang Maiyah menunjukkan kegembiraan dan daya tampungnya kepada sekitarnya, bukan menunjukkan kebesarannya. Tidak boleh orang membanggakan kebesaran. Saya mencari kesantunan perilaku satu sama lain, penampungan hati satu sama lain, tidak ada yang hebat di antara kita,” pesan Cak Nun.
“Anda di sini cukup setia, mendengarkan dengan tulus, punya cita-cita untuk Indonesia. Itu Allah menghitungnya sebagai investasi. Penjagaan Allah bisa berupa rizqi, bisa berupa hal-hal yang sepertinya tidak mungkin tapi kemudian terjadi. Rizqimu jangan linier. Nggak usah khawatir pada apapun. Tidak ada kegelapan.  Apapun yang kamu alami 2014 nanti, jangan kehilangan daya hidup. Jangan kehilangan apapun. Anda tidak hanya mendapat quwatullah, tapi Allah juga memberikan kepada Anda sulthanullah, kekuatan ekstra.”
“Salah satu yang bikin malaikat-malaikat marah adalah kamu bikin sekolah unggulan. Nggak ada manusia unggul, karena setiap manusia mempunyai keunggulannya masing-masing. InsyaAllah hidup Anda semakin bercahaya. Anda ini antena pemancar cahaya Allah.”
Pukul 03.34 waktu Cikini, Cak Nun menutup Kenduri Cinta dengan mengajak jamaah menyanyikan lagu Syukur dan kemudian berdoa untuk kebaikan bersama.(Dok foto: Aby ‘Syech’ Muhammad / Mathar Kamal)

Tidak ada komentar: