assalamu'alaikum

Assalamu'alaikum

Semua yang ada disini adalah hasil Reportase dari dulur dulur Jamaah Maiyah yang ada di manapun Baik dari Kenduri Cinta(KC) Obor Ilahi(OI) BangBang wetan (BBW) Mocopat syafaat (MS) gambang Syafaat (GS) dan maiyah maiyah lain yng sulit sayaa sebutkan,
Blog ini juga memuat syair ataupun puisi Terutama Milik Cak Nun (Emha Ainun Nadjib).
Blog ini Juga menampung saran dan kritik juga tidak berkeberatan apabila ada saudara atau pengunjung atau teman bahkan musuh sekalipun yang ingin menuangkan ide dan tulisan tulisanya...

25/08/11

Maiyah Cinta Mi'raj Dari Gang DOLLY July 2011


Malam itu, Selasa, 19 Juli 2011 yang bertepatan dengan tanggal 17 Rajab 1432 Hijirah, siapapun yang hendak pergi ke tempat tersebut, mungkin tidak akan canggung atau malu-malu untuk menyebutkan nama tempat yang ditujunya, meskipun selama ini ia dikenal sebagai "Kawasan Lampu Merah" yang konon adalah juga lokalisasi (kompleks prostitusi) terbesar se-Asia Tenggara, yakni Gang Dolly - Surabaya. Siapapun yang malam itu meluncur ke kawasan Putat Jaya itu, tentu tidak memiliki tujuan untuk mengunjungi salah satu wisma yang berada di sana, karena pada saat itu berlangsung acara yang bertajuk "Pengajian Sangune Romadhon" (= pengajian sebagai bekal menjalani bulan Ramadhan), yang diisi oleh Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) berserta gamelan KiaiKanjeng, yang dipandu oleh Cak Priyo Aljabar, seorang seniman sekaligus presenter di berbagai acara televisi lokal dan Cak Kartolo, yang dikenal luas oleh masyarakat Indonesia sebagai seniman ludruk.

Acara tahunan yang telah kali ketiga diadakan tersebut dimulai sejak pukul 19.00 WIB dan dibuka oleh pembacaan Sholawat oleh para Wanita Harapan (PSK) yang ditemani dua orang personil dari KiaiKanjeng dari atas panggung yang berada tepat di pertigaan Gang Dolly. Para hadirin yang duduk bersila di tiga penjuru jalan pada sisi kanan, depan dan kiri panggung pun ikut bersholawat bersama-sama. Malam itu wisma-wisma di Gang Dolly dan sekitarnya sengaja meliburkan diri untuk memberikan kesempatan kepada para penghuninya agar dapat mengikuti acara yang diselenggarakan oleh masyarakat setempat bekerjasama dengan Komunitas Bangbang Wetan dan Muspika Sawahan.

Lantunan demi lantunan Sholawat terdengar seiring dengan kedatangan masyarakat yang berduyun-duyun hadir dan memadati lokasi acara. Tidak hanya para Wanita Harapan dan masyarakat di sekitar lokalisasi Gang Dolly yang menjadi jama'ah malam itu, tetapi juga mereka yang berasal dari berbagai kawasan di kota Surabaya, berbagai kota atau daerah di Jawa Timur, pulau Jawa bahkan dari luar pulau Jawa, yang sebagian besar adalah yang selama ini mengikuti kegiatan-kegiatan di simpul-simpul Maiyah. Semuanya berbaur menjadi satu, tanpa ada pemisahan antara pria dan wanita, Wanita Harapan dan bukan Wanita Harapan, pejabat pemerintah atau rakyat atau atribut-atribut lain yang selama ini menjadi sekat-sekat dalam struktur sosial kemasyarakatan, karena setiap orang hadir sebagai manusia yang rindu kepada Sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang ingin mendekat kepada Sang Maha Pencinta melalui kecintaan kepada kekasih-Nya, Rasulullah Muhammad SAW.

Dengan ditemani oleh Cak Nun dan diiringi oleh alunan musik dari gamelan KiaiKanjeng, kebersamaan ribuan hadirin pada malam itu menjadi lebih dari sekedar acara pengajian atau siraman rohani, tetapi benar-benar menjadi sebuah medium silaturahim dan dialog yang penuh kemesaraan.

Uraian-uraian yang kritis, jelas dan lugas dari Cak Nun menggiring kesadaran dan pemikiran para hadirin, khususnya para Wanita Harapan, agar berani menetapkan rencana untuk kapan meninggalkan lokalisasi Gang Dolly dan kembali ke daerah masing-masing dan memulai hidup baru, dengan bekal pelatihan spiritual, mental dan keterampilan yang selama ini didapatkan saat berada di lokalisasi. Tidak hanya itu, Cak Nun juga menyemangati para Wanita Harapan ini agar tidak pernah berputus asa dan terus berdo'a dan berupaya, sehingga dengan keseriusan tersebut, Allah SWT akan membukakan jalan keluar untuk kehidupan yang lebih baik. Menjelang bulan suci Ramadhan, Cak Nun juga memberikan inspirasi kepada para Wanita Harapan ini, agar bertekad untuk berpuasa dalam kehidupan, yakni berpuasa dari semua laki-laki yang bukan suaminya. Bagi hadirin yang lain, Cak Nun memberikan gambaran bahwa pasti ada yang salah dalam hal manajemen negara, sehingga negeri Indonesia yang sangat kaya sumber daya alamnya ini, sampai membuat warganya terlempar-lempar ke daerah lain, untuk menjadi PSK, karena keterhimpitan ekonomi atau masalah-masalah sosial yang menimpanya.

Pada puncak penyampaiannya, Cak Nun memaparkan kepada semua yang hadir, bagaimana prinsip yang selama ini dipegang oleh Rasulullah Muhammad SAW dalam kehidupannya, yakni dengan ikhlas menjalani atau menjadi apapun, asal Allah tidak marah kepadanya. Bila prinsip ini menjadi cermin atau tolok ukur saat evaluasi atau introspeksi bagi manusia, tentu setiap keputusan dan langkah yang dijalani akan selalu mendatangkan manfaat dan kebaikan.

Prinsip dari Rasulullah SAW di atas dapat dijumpai dalam do'a Beliau, yang dipanjatkan setelah mendapat cemoohan, cacian, pengusiran bahkan lemparan batu yang mencederai kaki dan tubuh Beliau pada saat mengajak penduduk kota Thaif untuk ber-Tauhid kepada Allah SWT:

اللهم إليك أشكو ضَعْف قُوَّتِى، وقلة حيلتى، وهوإني على الناس، يا أرحم الراحمين، أنت رب المستضعفين، وأنت ربي، إلى من تَكِلُنى‏؟‏ إلى بعيد يَتَجَهَّمُنِى‏؟‏ أم إلى عدو ملكته أمري‏؟‏ إن لم يكن بك عليّ غضب فلا أبالي، ولكن عافيتك هي أوسع لي، أعوذ بنور وجهك الذي أشرقت له الظلمات، وصلح عليه أمر الدنيا والآخرة من أن تنزل بي غضبك، أو يحل علي سَخَطُك، لك العُتْبَى حتى ترضى، ولا حول ولا قوة إلا بك

 Allahumma ilayka ashkoo tha'fa quwwatti,
wa qillata hiilati,
wa hiwaani alanNaas
ya arham arRaahimiin
anta rabb alMustathafiin wa anta rabbi

ilaa man takiluni?
ilaa ba'iidun yatajahhamuni?
am ilaa aduwwin malaktahu amri?
in lam yakun bik alyya ghathabun, falaa ubaali
wa laakinn aafiyatuka hiiya awsa'uw lii

a'uthu biNuuri wajhik allathii ashraqat lahu athThulamaat
wa saluha alayhi amr adDunya walAakhirah
min an yunzila bii ghathabuk
aw yahillu alayya sakhatuk
lak al'Utbaa hatta tartha
wa la hawla wala quwwatta illa bik

Ya Allah, aku memohon kepadaMu dalam lemahnya ragaku,
dan terbatasnya kemampuanku
serta hinanya diriku di mata manusia,
Wahai sebaik-baik penyayang,
Engkaulah Tuhan bagi mereka yang tertindas dan Engkaulah Tuhan pelindungku

Kepada siapakah Engkau serahkan diriku ini?
(Apakah) pada keasingan yang akan melecehkanku?
Ataukah pada musuh-musuh yang pasti menumbangkanku?
Asal Engkau tidak murka kepadaku, apa pun yang terjadi pada diriku, aku tidak peduli.
Namun bagiku, kemurahan-Mu jauh lebih luas dari semua ini

Aku berlindung dengan cahaya wajah-Mu yang menerangi seluruh kegelapan,
dan yang memperbaiki segala urusan dunia dan akhirat.
Dari turunnya amarah-Mu padaku atau
datangnya kemurkaan-Mu padaku
Aku rela menerima apa saja asalkan Engkau ridha kepadaku.
Tiada daya dan upaya kecuali hanya dengan izin-Mu

Subhanallah, melalui uraian demi uraian dari Cak Nun yang diselingi dengan Shalawat, Lagu, Musik danjoke-joke khas nan cerdas dari Cak Priyo dan Cak Kartolo, hati nurani disentuh untuk bercermin pada diri masing-masing, hingga tanpa terasa linangan air mata pun membasahi pipi para jama'ah. Sebagaimana yang disampaikan oleh Cak Nun, Insya Allah malam itu kawasan Gang Dolly dan sekitarnya mendapatkan limpahan cahaya-Nya yang turun menjadi hidayah.

Semoga, inilah sebentuk perjalanan yang dapat menjadikan melangitnya atau mi'rajnya cinta dari para hamba kepada Tuhannya, siapapun orangnya dan apapun profesinya. Wallaahua'lam Bissawab.

Tidak ada komentar: